Bisnis.com, JAKARTA — PT Indo Premier Sekuritas merevisi proyeksi indeks harga saham gabungan (IHSG) pada tahun ini menjadi 5.400. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan dengan target IHSG pada bulan lalu di level 5.950.
Jovent Muliadi, Head of Research Indo Premier Sekuritas, menyampaikan posisi IHSG saat ini masih tertinggal dibandingkan indeks saham komposit di negara-negara tetangga seiring dengan kasus positif Covid-19 yang terbilang tinggi.
“Korelasi performa IHSG dan tingkat kasus positif ini sangat tinggi. Pengetatan protokol kesehatan dan perbaikan frekuensi tes Covid-19 menjadi sangat penting,” tulis Jovent melalui riset terbaru yang dikutip Bisnis, Rabu (22/7/2020).
Dia menggambarkan, per 20 Juli 2020, IHSG underperform sebesar 25 persen secara year to date dibandingkan bursa di Asia Tenggara dan negara berkembang (emerging markets) lainnya. Adapun, indeks saham di Bursa Malaysia turun 5 persen, Thailand melemah 19 persen, dan Singapura anjlok 21 persen.
Selanjutnya, bursa negara berkembang seperti di India terkontraksi 15 persen dan di China masih tumbuh 7 persen.
Performa IHSG yang masih tertinggal itu diikuti oleh tingginya kasus positif Covid-19 dengan pertambahan rata-rata sebesar 13 persen sejak sebulan terakhir. Sementara itu, rata-rata pertambahan kasus positif di negara tetangga tercatat hanya pada kisaran 0,2 persen — 9 persen.
Baca Juga
Kendati kasus Covid-19 terus meningkat pada awal semester II/2020 ini, tanda-tanda pemulihan ekonomi juga mulai muncul. Jovent menunjukkan bahwa sektor semen, otomotif, dan UMKM mulai bergeliat serta laju restrukturisasi utang sudah melambat.
Dari sisi dana asing, investor global masih mencatatkan aksi jual bersih di pasar saham Tanah Air. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per 21 Juli 2020, tercatat net sell senilai Rp17,25 triliun. Namun demikian, Jovent menunjukkan kepemilikan investor asing mulai meningkat menjadi 9 persen pada Juni setelah sempat turun ke 8,8 persen pada periode April—Mei.
Adapun, Indo Premier Sekuritas mengubah metode perhitungan valuasi indeks menggunakan rasio harga saham terhadap laba bersih emiten (Price Earning Ratio) dari sebelumnya rasio harga saham terhadap nilai buku (Price to Book Value/PBV).
“Kami mengubah target IHSG menggunakan perhitungan PE alih-alih PBV karena mempertimbangkan laju pemulihan EPS [dengan pertimbangan pendapatan bisa kembali ke level sebelum Covid-19],”
Adapun tingkat EPS perbankan pada 2021 diperkirakan sebesar 60 persen atau di bawah konsensus saat ini. Jovent menyampaikan proyeksi EPS itu berpotensi dinaikkan mengingat tingkat restrukturisasi kredit sudah mencapai puncak.
Dengan perhitungan PE sebesar 18 kali, IHSG ditargetkan berada pada level 5.400 pada akhir tahun ini dengan saham pilihan dari sektor siklikal seperti perbankan (BBRI dan BBTN), properti (CTRA dan BSDE), batu bara dan kontraktor batu bara (UNTR), jalan tol (JSMR), dan otomotif (ASII).