Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Asing Keluar dan Bursa Asia Jatuh, IHSG Jungkir Balik Koreksi

Pergerakan IHSG berakhir di zona merah dengan koreksi tipis 0,09 persen atau 4,52 poin ke level 5.110,19 pada perdagangan Rabu (22/7/2020).
Pengunjung berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik melemah mengikuti tren Bursa Asia.

Pergerakan IHSG berakhir di zona merah dengan koreksi tipis 0,09 persen atau 4,52 poin ke level 5.110,19 pada perdagangan Rabu (22/7/2020).

IHSG bergerak meyakinkan dengan melaju di zona hijau pada awal perdagangan, tetapi terjerembap di zona merah setelah pukul 14.00 WIB. Sepanjang hari, IHSG bergerak di rentang 5.099,56 - 5.142,04.

Total transaksi mencapai Rp8,17 triliun. Terpantau 172 saham hijau, 232 saham koreksi, dan 178 saham stagnan. Investor asing net sell Rp218,21 miliar.

Mayoritas pasar Asia terkoreksi menyusul kekhawatiran terkait program insentif terbaru di Amerika Serikat.

Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (22/7/2020), Indeks Topix Jepang berbalik melemah setelah stagnan pada pembukaan perdagangan. Indeks ini terkoreksi 0,62 persen di level 1.572,9

Sementara itu, Korea Selatan ditutup dengan pelemahan tipis 0,01 persen di level 2.228,66. Sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia juga tidak mampu keluar dari tren pelemahan dan ditutup pada posisi 6.075,10 atau terkoreksi 1,32 persen.

Adapun indeks Hang Seng Hong Kong turut terkoreksi 0,51 persen di level 25.504,95 dan indeks Shanghai Composite China bertengger di zona hijau dengan kenaikan 0,39 persen di level 3.333,82

Perdagangan hari ini ditopang oleh sikap investor yang memperhatikan kenaikan bursa-bursa emerging market tertinggi sejak Februari lalu. Pada saat bersamaan, pelaku pasar juga terus mencermati laporan keuangan yang dirilis oleh sejumlah perusahaan.

Investor juga memperhatikan jalannya negosiasi antara partai Republikan dan Demokrat di Amerika Serikat terkait paket stimulus baru untuk memulihkan ekonomi. Sebelumnya, para pemimpin negara di Eropa telah menyepakati paket insentif senilai US$850 miliar untuk membantu upaya pemulihan ekonomi di kawasan tersebut.

Analis Morgan Stanley Andrew Sheets mengatakan saat ini belum terlihat katalis positif penggerak saham untuk periode Agustus hingga September mendatang.

"Agustus - September mendatang akan menjadi periode tersulit untuk pasar modal," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper