Bisnis.com, JAKARTA - Pilarmas Investindo Sekuritas memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki peluang bergerak variatif cenderung menguat dan diperdagangkan pada level 4.867-4.978 secara teknikal.
Pada perdagangan Selasa (30/06/2020), IHSG ditutup menguat 3 poin atau 0,07 persen ke level 4.905. Sektor agrikultur, industri dasar, dan keuangan menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG kemarin. Sementara, investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp489 miliar rupiah.
Sentimen global yang mempengaruhi indeks diantaranya; Badan legislatif utama China yang pada akhirnya menyetujui undang undang keamanan nasional untuk Hongkong.
"Dan dampaknya tentu saja membuat adanya potensi Amerika akan bertindak terkait dengan undang undang keamanan yang akan disahkan untuk Hongkong," tulis sekuritas dalam risetnya, Rabu (1/7/2020).
Sekuritas berpendapat bahwa kebebasan Hong Kong berpotensi untuk terus mengalami pelemahan, karena Presiden Xi terus berusaha untuk mendominasi dalam pemerintahan Hongkong.
"Kami cukup khawatir selain virus corona, ancaman-ancaman seperti ini memberikan tekanan terhadap tensi geopolitik, sehingga memberikan ketidakpastian dalam jangka waktu pendek hingga panjang terkait impact yang akan diberikan oleh mereka," sambung sekuritas.
Baca Juga
Berikutnya, tambahan jumlah kasus pasien Covid-19 masih menjadi masalah yang membelenggu Amerika Serikat juga Indonesia. Diprediksi, jumlah kasus harian akan bertambah 2 kali lipat jika situasi dan kondisinya tidak berubah.
Cepat atau lambat, peningkatan korban yang terjadi di Amerika dan berbagai negara lainnya termasuk di Indonesia, apabila tidak ada mitigasi resiko yang jelas akan menekan perekonomian secara perlahan.
Dari dalam negeri, pemerintah resmi memperlebar defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2020 menjadi 6,34 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Tentunya, pemerintah memerlukan dana besar untuk fasilitas kesehatan dan membantu ekonomi masyarakat agar tidak semakin terpuruk disaat lesunya ekonomi dan menurunnya daya beli masyarakat.
Seiring dengan meningkatnya anggaran penanganan dampak Covid-19 di dalam negeri, pemerintah dalam hal ini juga telah meningkatkan anggaran penanganan pandemi sampai dengan Rp695,20 triliun.
Secara nominal, defisit ini setara dengan Rp1.039,2 triliun. Defisit yang tadinya sudah cukup lebar di 5,07 persen dari PDB dilebarkan lagi ke 6,34 persen dari PDB.
Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan mengatakan pemerintah akan sangat berhati-hati dalam mengelola anggaran pada tahun ini dan menjelaskan, di satu sisi pemerintah ingin tetap hadir di dalam perekonomian dan memberikan banyak stimulus bagi masyarakat.
Namun, di sisi lain pemerintah juga harus tetap berhati-hati dengan rasio utang akan naik dari 30 persen menjadi 37,6 persen hanya dalam waktu satu tahun.
"Kami juga berharap bahwa serapan anggaran di kementerian yang memang memiliki hubungan langsung dengan kesehatan dan perekonomian bisa dapat secepatnya diserap," tutup sekuritas.