Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 39 poin atau 0,81 persen ke level 4.879 pada Selasa (23/6/2020) lalu.
Sektor industri dasar, barang konsumsi, pertambangan, infrastruktur, dan properti menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG yang mana investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp527,9 miliar kemarin.
Berdasarkan analisa teknikal, Pilarmas Investindo Sekuritas melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak variatif cenderung melemah dan akan di-trading-kan pada level 4.820-4.957.
"Namun dengan adanya konfirmasi bahwa kesepakatan Amerika dan China masih utuh, ditambah lagi dengan data PMI Manufacturing, Services, dan Composite baik dari Amerika dan Eropa yang membaik, mungkin akan menjadi katalis positif hari ini," tulis sekuritas dalam publikasi risetnya, Rabu (24/6/2020).
Di sisi lain, data ekonomi yang menunjukkan Durable Goods Orders dan GDP per kuartal Amerika Serikat akan mengundang perhatian pelaku pasar.
Secara garis besar, sekuritas menilai bahwa sentimen global masih akan menghantui pasar saham dalam negeri. Kesepakatan antara China dan Amerika tengah menjadi sorotan akibat pernyataan penasehat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro yang mengatakan bahwa kesepakatan tersebut telah berakhir dalam sebuah wawancara.
Baca Juga
Presiden Trump pun dengan cepat memberikan konfirmasi bahwa kesepakatan tersebut tetap berjalan sesuai dengan kesepakatan dan berharap China masih terus menepati kesepakatan tahap pertama tersebut.
Selanjutnya, perhatian akan tertuju pada paket stimulus fiskal pemerintah Amerika Serikat yang akan dibahas pada awal pekan depan. Apabila stimulus fiskal akan dikeluarkan kembali, tentu hal tersebut akan memberikan angin segar kepada pelaku pasar dan investor bahwa perekonomian dapat bertahan meskipun jumlah korban Covid-19 mengalami peningkatan.
Presiden Trump juga mengumumkan akan memberikan stimulus lagi yang sudah mendapatkan lampu hijau dari kongres. Dalam hal ini, sekuritas memperkirakan stimulus tersebut diantaranya tunjangan pengangguran yang semakin diperluas atau diperpanjang, atau bonus yang akan
diberikan kepada mereka yang akan kembali bekerja.
Namun, sekuritas melihat hal ini berhubungan dengan kepentingan conflict interest terkait dengan pemilu yang akan digelar beberapa bulan mendatang. Oleh sebab itu, sekuritas melihat bahwa hal tersebut mungkin saja salah satu strategi yang akan dilakukan oleh Trump untuk mendapatkan dukungan.
Adapun, penyuling minyak mentah dari Asia saat ini dinilai sedang memfokuskan diri pada pasar lain seiring dengan kenaikan harga bahan baku akibat pengurangan produksi oleh OPEC+.
Sekuritas menilai penyuling akan semakin mendapat kesulitan dengan volatilitas harga dan produksi oleh negara OPEC+. Pasalnya, volume minyak Amerika Serikat memang mengarah ke Asia dan saat ini sudah ada peningkatan sekitar 49 juta barel pada Juli dibandingkan dengan masing-masing 27 juta barel pada bulan Mei dan Juni 2020.