Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia melanjutkan koreksi ke level US$37,1 per barel untuk jenis WTI dan US$39,61 per barel untuk jenis Brent.
Berdasarkan data Bloomberg pada perdagangan Selasa (16/6/2020) hingga pukul 10.00, kedua bursa minyak mentah itu masing-masing mengalami penurunan 0,03 persen dan 0,28 persen. Meskipun kelihatanya tipis, tetapi bila dibandingkand dengan perdagangan 7 hari sebelumnya minyak telah terkoreksi dalam.
Minyak jenis WTI mampu menembus level tertinggi dalam kurun waktu sebulan terakhir di level US$39,55 per barel pada Jumat (5/6/2020). Begitu juga dengan minyak jenis Brent yang mampu parkir di level US$42,30 pada tanggal yang sama.
Dengan demikian dalam 7 hari perdagangan, kedua bursa kompak terkoreksi 6,19 persen dan 6,35 persen. Adapun kenaikan sebelumnya terjadi seiring wacana pelonggaran pembatasan sosial dan lockdown di berbagai negara yang bisa menaikkan konsumsi minyak mentah.
Kini penurunan terjadi akibat ketakutan wabah korona fase dua yang bakal menyerang. Head of Oil Markets Rystad Energy A/S Bjornar Tonhaugen mengatakan ketakutan akan virus telah berkembang lagi yang mendominasi perdagangan di seluruh dunia.
Pasalnya minyak mentah jenis WTI untuk kontrak Juli turun 2,2 persen menjadi US$35,46 per barel turun 11 persen sejak ditutup pada tiga bulan tertinggi pada 10 Juni. Brent untuk pengiriman Agustus turun 54 sen menjadi US$38,19 per barel setelah turun 8,4 persen minggu lalu.
Baca Juga
Sementara itu, analis Monex Investindo Futures Faisyal memperkirkan harga minyak bakal bergerak sideways dalam jangka pendek di antara rentang US$35,90 per barel yang merupakan area moving average 50 dan rentang US$37,40 yang merupakan area moving average 200 di dalam grafik 1 jam.
“Adapun level resisten terdekat berada di US$37,40 lalu US$38,40. Sementara itu jika bergerak turun, level support terdekat berada di US$35.90, menembus ke bawah dari level tersebut berpeluang memicu penurunan lanjutan ke US$35,00,” katanya.
Meski demikian, Faisyal menilai minyak berpeluang bergerak naik jangka untuk pendek di tengah laporan yang menunjukkan optimisme dari menteri energi Uni Emirat Arab. Pasalnya negara-negara OPEC+ yang tingkat kepatuhannya rendah, kini sepangkat memangkas produksi untuk memenuhi komitmen mereka dan melaporkan sinyal permintaan minyak akan naik .
Namun, jika pasar mencemaskan perkembangan kasus virus korona yang dapat memicu perlambatan permintaan, maka kenaikan harga minyak berpeluang terbatas dan bahkan bisa berbalik turun.