Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cari Aset Dasar, Manajer Investasi Andalkan Perusahaan yang Refinancing

Sejumlah Manajer investasi (MI) mengandalkan emiten yang melakukan pembiayaan kembali atau refinancing sebagai pilihan aset dasar untuk produk reksa dana terproteksi.
Direktur Marketing Mandiri Manajemen Investasi (MMI) Endang Astaranthy (dari kiri), Founder &CEO Bukalapak, Achmad Zaky, Co Founder&CEO Bareksa Ady Pangerang pada peluncuran produk Reksadana Syariah Mandiri BukaReksa Pasar Uang di Jakarta, Selasa (11/4)./JIBI-Nurul Hidayat
Direktur Marketing Mandiri Manajemen Investasi (MMI) Endang Astaranthy (dari kiri), Founder &CEO Bukalapak, Achmad Zaky, Co Founder&CEO Bareksa Ady Pangerang pada peluncuran produk Reksadana Syariah Mandiri BukaReksa Pasar Uang di Jakarta, Selasa (11/4)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Manajer investasi mengandalkan emiten-emiten yang melakukan pembiayaan kembali atau refinancing sebagai pilihan aset dasar untuk produk reksa dana terproteksi.

Direktur Pemasaran dan Produk Mandiri Manajemen Investasi (MMI) Endang Astharanti mengatakan di tengah kondisi saat ini beberapa emiten memang menunda penerbitan obligasi karena menahan diri untuk berekspansi.

Namun, dia menilai masih terdapat beberapa emiten yang optimis bahwa kondisi akan segera pulih sehingga rencana penerbitan obligasi akan tetap dilanjutkan.

“Selain itu, emiten juga tetap melakukan penerbitan obligasi untuk menutup obligasi perusahaan yang akan jatuh tempo (refinancing),” katanya kepada Bisnis, Rabu (10/6/2020)

Lebih lanjut, dia mengatakan mengatakan saat ini MMI tengah dalam proses menerbitkan beberapa produk reksa dana terproteksi untuk menggantikan sejumlah RDT yang jatuh tempo di tahun ini.

Adapun total RDT dari MMI yang akan cair pada 2020 ini mencapai nilai Rp4 triliun dan per awal Juni pihaknya telah menerbitkan RDT baru dengan total nilai Rp1,2 triliun.

“Jadi kita akan replace sebagian, walaupun tidak sebesar tahun lalu. Sejauh ini kita sudah replace Rp1,2 triliun dan masih mencari sekitar Rp2 triliun lagi,” tuturnya.

Dia menilai saat ini permintaan untuk RDT masih ada, tapi memang secara besaran tak semasif tahun lalu. Sebagai gambaran, tahun lalu MMI dapat menerbitkan RDT dengan total nilai Rp5,9 triliun.

Dihubungi terpisah, Direktur Utama Bahana TCW Edward Lubis mengatakan kondisi saat ini merupakan kombinasi suplai and permintaan dari dua arah.

Secara suplai, beberapa emiten mungkin menunda penerbitan dengan berbagai alasan. Sementara dari sisi permintaan, minat akan obligasi korporasi melambat karena investor dengan menghindari risiko, salah satunya potensi penurunan rating.

“Ya memang suplai bonds terbatas namun demand juga melambat,” katanya kepada Bisnis, belum lama ini.

Sejak 1 Maret hingga 10 Juni 2020, sejumlah lembaga pemeringkat tercatat melakukan tindakan pemeringkatan atau rating action terhadap emiten-emiten dalam negeri.

Dari tindakan pemeringkatan Fitch Rating Indonesia terhadap 48 perusahaan, terdapat 16 perusahaan mengalami penurunan peringkat dan 8 perusahaan mengalami revisi outlook dari stabil menjadi negatif.

Sementara berdasarkan tindakan pemeringkatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), ada 33 perusahaan yang diturunkan peringkatnya dan/atau diubah proyeksinya menjadi negatif dari yang semula stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper