Bisnis.com,JAKARTA— Optimisme perbaikan kinerja pertumbuhan ekonomi dalam fase kenormalan baru setelah pandemi Covid-19 turut mengerek laju sederet saham berkapitalisasi kecil dan menengah. Prospek industri dan fundamental yang masih cerah membuat sejumlah emiten masih layak dikoleksi.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 7,03 persen satu bulan terakhir. Indeks merangkak naik dari level 4.597,43 menuju 4.920,68 akhir sesi, Rabu (10/6/2020).
Penguatan harga tidak hanya terjadi untuk emiten berkapitalisasi jumbo yang menjadi leaders atau penopang IHSG. Saham dengan kapitalisasi kecil dan menengah juga ikut berlari kencang dalam sebulan belakangan.
Bloomberg mencatat Indeks IDX Small-Medium Cap (SMC) Liquid mampu menguat melampaui IHSG alias outperform dalam sebulan terakhir. Indeks beranggotakan 52 emiten berkapitalisasi kecil dan menengah paling likuid itu menguat 11,87 persen.
PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) menjadi top leaders atau penopang utama penguatan IDX SMC Liquid. Emiten telekomunikasi berkapitalisasi Rp51,27 triliun itu menguat 16,01 persen ke level Rp1.005 dalam satu bulan terakhir.
Di posisi kedua, bertengger PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) yang menguat 24,12 persen dalam sebulan. Harga saham perusahaan rumah sakit dengan kapitalisasi pasar Rp35,05 triliun itu terbang ke level Rp2,460 hingga akhir perdagangan, Rabu (10/6/2020).
Baca Juga
PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) juga masuk ke jajaran top leaders IDX SMC Liquid. Laju entitas anak PT Pertamina (Persero) itu menguat 28,11 persen selama sebulan terakhir.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatidakan pembukaan kembali ekonomi seharusnya memberikan dampak positif ke pasar saham. Menurutnya, saat ini sejumlah saham blue chip sudah mengalami apresiasi harga.
“Saham lapis kedua akan mengikuti terutama emiten dengan fundamental yang baik,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (10/6/2020).
Frankie menilai salah satu sektor yang menarik dan dapat mengambil peluang yakni emiten lahan industri. Disrupsi rantai pasok global karena pandemi Covid-19 menyebabkan pabrikan mulai mendiversifikasi lokasi, salah satunya ke Indonesia.
“Indonesia menawarkan potensi yang sangat menarik dengan pertumbuhan ekonomi stabil dan pasar yang sangat besar. Belum lagi rencana omnibus law yang tentunya akan menarik foreign direct investment ke Indonesia,” jelasnya.
Dengan pertimbangan itu, dia menjagokan saham emiten lahan industri yang masih undervalued yakni PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. (BEST) dan PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS).
“BEST yang saat ini diperdagangkan dengan price earning ratio twelve-trailing-month 3 kali menjadi emiten yang sangat menarik. Sementara itu, DMAS mencatatkan penjualan yang bagus pada 2019 dan saat ini juga merupakan emiten undervalued,” paparnya.
Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menjelaskan bahwa pola indeks IDX SMC Liquid mirip dengan pergerakan IHSG. Pasar saat ini menurutnya tengah menyambut positif era kenormalan baru sehingga ada harapan terjadi perbaikan kinerja pertumbuhan ekonomi.
Nafan menjagokan saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA). Pertimbangan utama yakni pembangunan di sektor infrastruktur yang masih terus dilanjutkan agar berjalan sesuai dengan target.
“Hal ini merupakan katalis positif bagi WIKA khususnya,” tuturnya.
Secara terpisah, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menilai saham-saham lapis kedua atau second liner masih prospektif. Dengan catatan, perseroan memiliki fundamental yang kuat.
“Kalau melihat dari sisi teknikal, MYOR dan TOWR juga masih berada pada fase uptrend sehingga masih bisa diikuti pergerakan harganya,” ujarnya.
Dia menambahkan beberapa saham berkapitalisasi kecil menengah juga masih berada dalam tren naik. Emiten tersebut yakni PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA), PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT).