Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

10 Emiten Indonesia Masuk Jajaran Asean Asset Class

sean Corporate Governance Scorecard dibuat untuk mendukung peningkatkan kepercayaan investor atas kualitas perusahaan di kawasan Asean. Hasil penilaian Asean Asset Class 2019 berasal dari tahun buku yang berakhir pada 2018.
Pekerja mengambil gambar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ponselnya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/5/2020). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG pada Senin (11/5/2020) berakhir di level 4.639,1 dengan penguatan sekitar 0,91 persen atau 41,67 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Pekerja mengambil gambar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ponselnya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/5/2020). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG pada Senin (11/5/2020) berakhir di level 4.639,1 dengan penguatan sekitar 0,91 persen atau 41,67 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com,JAKARTA— Sepuluh emiten asal Indonesia masuk ke dalam kategori Asean Asset Class hasil penilaian dari Asean Corporate Governance Scorecard.

Asean Corporate Governance Scorecard (ACGS) melakukan penilaian terhadap 100 perusahaan tercatat atau publicly listed companies (PLCs) dengan kapitalisasi pasar paling besar di setiap negara. 

Angela Simatupang, Head of Consulting RSM Indonesia menjelaskan bahwa ACGS dibuat untuk mendukung upaya meningkatkan kepercayaan investor atas kualitas perusahaan di kawasan Asean. Hasil penilaian Asean Asset Class 2019 berasal dari tahun buku yang berakhir pada 2018.

“Terdapat 10 perusahaan tercatat Indonesia yang masuk ke dalam daftar Asean Asset Class dengan nilai 97,5 keatas dan terdapat peningkatan sebesar 25 persen jika dibandingkan pada 2017 yaitu sebanyak delapan perusahaan tercatat,” jelasnya melalui siaran pers, Selasa (9/6/2020).

Tiga perusahaan tercatat Indonesia yang mendapat skor ACGS tertinggi dalam daftar Asean Asset Class yakni PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). 

Selanjutnya, tujuh emiten lain dalam daftar tersebut yakni PT Antam Tbk. (ANTM), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Permata Tbk. (BNLI), PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), PT XL Axiata Tbk. (EXCL), dan PT Maybank Indonesia Tbk. (BNII).

Angela menuturkan terdapat tiga emiten asal Indonesia yang mengalami peningkatan skor signifikan untuk ACGS 2019 dibandingkan dengan penilaian periode 2017. Menurutnya, pencapaian itu berkat upaya perseroan dalam penerapan dan pengungkapan penerapan praktik tata kelola.

Adapun, perusahaan di luar daftar Asean Asset Class yang mampu meningkatkan skor secara signifikan yakni Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) naik 20,73 persen dengan skor 74,04, PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) naik 20,68 persen dengan skor 83,36 dan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) naik 19,06 persen dengan skor 65,03.

Dia menuturkan hasil penilaian menunjukkan tingkat praktik tata kelola yang baik dan pengungkapan sangat dipengaruhi oleh sikap dari manajemen puncak perusahaan daripada ukuran perusahaan. Selain itu, ketersediaan peraturan yang lebih ketat juga berperan signifikan dalam penerapan praktik tata kelola yang.

Lebih lanjut, Angela mengungkapkan tiga aspek perbaikan umum yang ditemui dari perusahaan tercatat yang dinilai untuk periode 2019 yakni ketepatan waktu publikasi laporan tahunan, adanya pernyataan kepatuhan terhadap ketentuan tata kelola dalam laporan tahunan, serta adanya pengungkapan terhadap pelaksanaan hasil review dan pemantauan implementasi strategi perusahaan oleh manajemen.

“Dari 100 perusahaan tercatat Indonesia dengan kapitalisasi terbesar yang dinilai, skor ACGS 2019 terendah ada di 37,58 dan nilai rata-rata negara ada di 70,80. Sementara itu, nilai tertinggi di penilaian ACGS tahun 2019 adalah 113,84,” paparnya.

Hasil penilaian ACGS 2019 juga menunjukkan adanya korelasi  antara nilai kapitalisasi pasar terhadap skor. Artinya, kapitalisasi pasar yang besar tidak selaras dengan nilai yang lebih tinggi dalam penilaian pengungkapan.

“Dari sisi sektor industri, sektor keuangan [perbankan] memiliki nilai rata-rata tertinggi sedangkan sektor consumer goods dan properti memiliki nilai rata-rata yang cukup rendah di bawah 65,” imbuhnya.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan sangat mendukung pelaksanaan ACGS. Pihaknya juga mendukung rangkaian rencana kerja sama yang akan dilaksanakan bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK), RSM, dan ADB kepada perusahaan tercatat.

“Hal ini dilakukan agar dapat mengoptimalkan kinerja perusahaan tercatat di Indonesia sehingga skalanya meningkat setara dengan kualitas PLCs di Asean dan ke depannya di kancah internasional,” ujarnya.

Nyoman mengatakan penerapan good corporate governance disertai pengungkapan informasi yang baik dapat memberikan investor informasi yang komprehensif dari perusahaan tercatat. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor lokal dan global untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper