Bisnis.com, JAKARTA - Proyek gasifikasi batu bara milik emiten tambang berpelat merah, PT Bukit Asam Tbk., terancam mundur dari target penyelesaian seiring dengan masih berlangsungnya pandemi Covid-19.
Sekertaris Perusahaan Bukit Asam Hadis Surya mengatakan bahwa perseroan tengah mengevaluasi secara keseluruhan rencana proyek gasifikasi batu bara akibat pandemi Covid-19. Sebelumnya, pabrik ini diharapkan dapat beroperasi di akhir 2023.
“Akibat Covid-19 rencana ini berpotensi jadi mundur dan sekalian dievaluasi untuk prioritasnya. Jadi, bisa DME atau bisa juga Methanol yang duluan dikerjakan,” ujar Hadis kepada Bisnis, Selasa (9/6/2020).
Kendati demikian, Hadis belum mau menjelaskan secara terperinci faktor dan detail penundaan proyek penghiliran batu bara yang bekerja sama dengan Air Products tersebut.
Adapun, total investasi antara emiten berkode saham PTBA itu dan Air Products untuk pengembangan gasifikasi ini adalah US$3,2 miliar. Nantinya, Air Products bertindak sebagai investor di bisnis Upstream dan Downstream.
Gasifikasi ini akan mengkonversi batubara muda menjadi syngas untuk kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether (DME), Methanol, dan Mono Ethylene Glycol (MEG).
Baca Juga
Proyek penghiliran batu bara ini direncanakan akan memproduksi 1,4 juta ton DME, 300.000 ton Methanol, dan 250.000 ton MEG. Saat ini studi kelayakan sudah selesai dan masuk ke tahap FEED dan EPC.
Pembangunan gasifikasi ini akan dilakukan di kawasan Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone (BACBSEZ) Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Nantinya, DME hasil hilirisasi ini dapat digunakan sebagai bahan baku LPG, sehingga dapat mengurangi impor gas untuk LPG.