Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tambang batu bara PT Bayan Resources Tbk. memperkirakan penurunan laba bersih konsolidasi periode 31 Maret 2020 turun 51-75 persen secara tahunan akibat dampak pandemi virus corona (Covid-19).
Manajemen melansir, perkiraan tersebut muncul karena penghentian operasional produksi tiga tambang selama satu hingga tiga bulan. Ketiga tambang itu dikelola anak usaha perseroan PT Bara Tabang, PT Fajar Sakti Prima, dan PT Indonesia Pratama. Ketiganya berlokasi di Tabang site Kalimantan Timur.
Kontribusi pendapatan dari ketiga entitas usaha yang operasionalnya terhenti itu sekitar 51-75 persen dari keseluruhan pendapatan konsolidasi perseroan. Walhasil, pendapatan perseroan untuk periode hingga 31 Maret 2020 juga diperkirakan turun, tetapi tidak lebih dari 25 persen. Hal itu pun akan berdampak pada laba bersih konsolidasi perseroan.
Selain itu, emiten dengan kapitalisasi pasar terjumbo itu menjelaskan bahwa penurunan permintaan baik luar negeri maupun domestik dan jatuhnya harga komoditas, telah mempengaruhi kinerja laporan keuangan perusahaan.
Manajemen Bayan Resources menyebut prospek di kuartal III/2020 dan kuartal IV/2020 juga kurang menggembirakan.
“Perusahaan akan menjalankan strategi dalam setiap aspek kegiatan operasionalnya dengan tujuan efisiensi dan mengurangi dampak kerugian yang lebih besar sambil tetap mengutamakan keselamatan kerja para karyawan,”tulis manajemen dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Kamis (28/5/2020).
Baca Juga
Perseroan juga akan lebih berhati-hati dalam mengelola arus kas perusahaan dan berupaya keras untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap para karyawan.
BYAN menjelaskan akan menyesuaikan target produksi, mencari pasar pembeli yang potensial, melakukan penghematan pengeluaran yang bukan prioritas, rutin menjalankan prosedur keamanan dan keselamatan kerja dengan mengadakan tes massal..
Adapun, belum lama ini dalam laporan investor terbarunya, BYAN telah memangkas target pendapatan tahun ini menjadi hanya sebesar US$1,2 miliar dari target yang telah ditetapkan sebelumnya di kisaran US$1,4 miliar hingga US$1,6 miliar.
Lebih lanjut, revisi target pendapatan penjualan tersebut dilakukan seiring dengan revisi target penjualan batu bara menjadi hanya 30-31 juta ton dari sebelumnya sekitar 35-38 juta ton. Selain itu, target produksi dipangkas menjadi 26 juta ton daripada sebelumnya sekitar 31-33 juta ton.