Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengelola Jalan Tol Berharap Pelonggaran PSBB & Relaksasi Kredit

Korporasi jalan tol bertumpu pada peluang relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan restrukturisasi pinjaman untuk menjaga likuiditas.
Jalan tol Prof. Dr. Ir. Sedyatmo di Jakarta./Antara
Jalan tol Prof. Dr. Ir. Sedyatmo di Jakarta./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Korporasi jalan tol bertumpu pada peluang relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan restrukturisasi pinjaman untuk menjaga likuiditas dan memperbaiki kinerja pada tahun pandemi Covid-19.

Corporate Finance Group Head PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Eka Setya Adrianto memperkirakan terjadi kenaikan pendapatan tol pada Mei ini setelah adanya pelonggaran aturan PSBB yang memperbolehkan transportasi publik beroperasi untuk keperluan bisnis.

“Seharusnya [ada peningkatan], tapi PSBB kan masih sampai 4 Juni, kita lihat dulu. Pada saat bisnis kembali menuju normal, seharusnya terjadi perbaikan traffic,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (26/5/2020).

Namun, dia menjelaskan secara umum total lalu lintas di tol milik perseroan masih melanjutkan tren penurunan. Pada Mei, diperkirakan total penurunan masih berkisar 40 persen dibandingkan dengan periode normal, sama seperti periode April.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Jasa Marga Agus Setiawan mengatakan penurunan volume kendaraan terjadi bervariasi pada setiap ruas tol milik perseroan. Sejauh ini penurunan tertinggi terjadi pada ruas tol Bandara Sedyatmo, sekitar 50 persen terhadap kondisi normal.

“Karena ada penurunan vol kendaraan yang berdampak penurunan pendapatan signifikan, Jasa Marga akan melakukan efisiensi dari sisi belanja modal dan beban usaha agar kinerja keuangan bisa dijaga,” katanya kepada Bisnis, Selasa (26/5/2020).

Selain itu, dia menuturkan perseroan tengah berupaya untuk mendapatkan relaksasi dari pihak perbankan. Perseroan mengharapkan dapat merelaksasi kredit investasi yang selama ini diberikan untuk penambahan sejumlah ruas jalan tol baru.

Saat ini, perseroan mengoperasikan 13 hak konsesi jalan tol melalui delapan kantor cabang dan satu anak perusahaan. Beberapa tol yang dikelola perseroan di antaranya tol Jagorawi, tol Jakarta-Cikampek, dan tol Semarang.

Upaya relaksasi pinjaman bank juga kini tengah ditempuh oleh PT Waskita Toll Road (WTR) bersama sejumlah perusahaan jalan tol lainnya lewat Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI). Langkah ini dilakukan menyusul penurunan pendapatan signifikan karena berkurangnya lalu lintas jalan tol.

Sekretaris Perusahaan Waskita Toll Road Alex Siwu menyampaikan bahwa sejauh ini Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah telah berdampak terhadap penurunan lalu lintas sebesar 60 persen—80 persen dibandingkan kondisi normal.

“Traffic di ruas tol Jakarta diperkirakan mengalami penurunan hingga 80 persen dan ruas tol Trans Jawa mengalami penurunan hingga 60 persen dari kondisi sebelum diberlakukannya PSBB atau kondisi normal,” katanya kepada Bisnis, Selasa (26/5/2020).

Guna menyiasati kondisi tersebut, perseroan berupaya melakukan efisiensi dengan menekan biaya operasional. Selain itu, perseroan juga mengharapkan upaya permintaan relaksasi kepada perbankan lewat ATI dapat memberikan angin segar bagi perseroan.

“Kami belum bisa share bentuk relaksasinya, namun kami terus berupaya melakukan negosiasi agar BUJT [Badan Usaha Jalan Tol] di WTR tetap dapat mengembalikan kewajibannya kepada kreditur sesuai dengan kondisi Covid-19,” ujarnya.

Anak usaha PT Waskita Karya (Persero) Tbk. tersebut memiliki 16 konsesi ruas jalan tol. Dari seluruh ruas yang dimiliki tersebut, perseroan telah mengoeprasikan sembilan ruas secara komersial dan sisanya masih dalam tahap konstruksi.

Dihubungi terpisah, Ketua ATI Kris Ade Sudiyono menyampaikan bahwa pihaknya masih berupaya membangun dialog dengan perbankan, bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terkait upaya relaksasi pinjaman tersebut.

Menurutnya, meski menjadi salah satu sektor yang paling terdampak, sejauh ini belum ada relaksasi khusus yang diberikan oleh perbankan kepada sektor infrastruktur jalan tol. Padahal pendapatan perusahaan jalan tol sudah mengalami penurunan signifikan.

CEO Group Bisnis Jalan Tol Astra Infra ini menjelaskan sejak pertengahan Maret pendapatan anggota ATI menurun signifikan akibat penurunan lalu lintas. Hal ini tejradi setelah adanya kebijakan PSBB di sejumlah daerah yang disusul dengan larangan mudik.

“Volume lalu lintas hampir semua ruas tol longsor 40 persen sampai dengan 60 persen, Bahkan di ruas ruas tol metro bisa menyentuh turun 70 persen—80 persen. Akibatnya hampir selama 3 bulan ini  pendapatan kami juga berkurang sangat signifikan,” ujarnya.

Dia juga menyatakan bahwa kondisi ini menyebabkan pemenuhan kewajiban kepada pihak perbankan ikut terganggu. Menurutnya, hal ini menjadi alasan kuat untuk menyampaikan bahwa sektor infrastruktur jalan tol juga perlu mendapatkan relaksasi dari perbankan.

Kris memaparkan relaksasi diharapkan dapat diberikan dalam bentuk penurunan bunga ataupun penambahan grace period untuk pembayaran angsuran pokok dan bunga. Selain itu, perbankan diharapkan bersedia memberikan pelonggaran rasio covenant dalam perjanjian pinjaman dan memberikan ruang untuk pengaturan ulang instalment package.

“Kami juga berharap pemerintah memberi dukungan source of funding yang murah untuk mengatasi cashflow deficiency, misalnya pemerintah meluncurkan fasilitas dan instrumen pembiayaan murah bagi BUJT,” kata Kris.

Analis PT Maybank Kim Eng Securities Isnaputra Iskandar mengatakan bahwa PSBB memang menjadi momok paling berat bagi sektor infrastrutkur jalan tol. Rata-rata pendapatan tol diperkirakan telah mengalami penurunan sebesar 50 persen.

Kendati demikian, dalam risetnya dia menyatakan bahwa sempat ada angin segar untuk sektor jalan tol setelah pemerintah membuka kembali transportasi publik pada awal Mei 2020.

Hal ini memberi dampak positif bagi perusahaan tol, salah satunya Jasa Marga yang melaporkan adanya kenaikan tingkat lalu lintas sebesar 6 persen pada pekan pertama Mei terhadap pekan sebelumnya.

Dia memperkirakan dengan tren arah kebijakan pemerintah yang mulai melonggarkan PSBB, lalu lintas pada tol di DKI Jakarta akan mulai kembali normal pada Agustus 2020. Hal ini diperkirakan terjadi apabila pemerintah mulai melonggarkan PSBB secara bertahap mulai Juli.

“Volume lalu lintas akan pulih lebih cepat, khususnya untuk tol-tol di daerah Jakarta, seiring dengan kegiatan bepergian orang mulai kembali normal. Namun, kami perkirakan pemulihan di luar Jakarta akan lebih lambat, kemungkinan baru pada kuartal III/2020,” katanya, dikutip dari riset, Selasa (26/5/2020).

Selain itu, dia mengatakan angin segar lainnya yang bisa diharapkan oleh perusahaan di sektor jalan tol adalah kompensasi dari Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Dari berbagai skema yang ditawarkan, menurutnya opsi kompensasi berupa perpanjangan konsesi jalan tol paling mungkin diberikan oleh pemerintah.

Meski ada angin segar, dia tetap melakukan pemangkasan terhadap proyeksi laba pendapatan tol dan laba Jasa Marga, masing-masing sebesar 8 persen dan 13 persen terhadap proyeki sebelumnya. Emiten berkode saham JSMR itu diproyeksikan hanya dapat membukukan pendapatan tol Rp10,49 triliun dan laba bersih Rp1,16 triliun.

Salah satu alasan kuat diturunkannya proyeksi tersebut adalah perkiraan hilangnya kontribusi pendapatan dari ruas Jakarta-Cikampek Elevated. Hal ini diperkirakan terjadi lantaran adanya perlambatan konstruksi yang disebabkan oleh kondisi saat ini.

Dia memperkirakan tol Kunciran-Cengkareng dan Serpong-Cinere juga tidak akan sepenuhnya beroperasi secara komersial pada tahun ini. Sebelumnya, diperkirakan ruas ini akan beroperasi secara komersial pada kuartal IV/2020.

Padahal, beroperasinya dua ruas ini diperkirakan akan menambah siginifikan pendapatan tol dari ruas Kunciran-Serpong. Dengan kondisi ini, perseroan berpotensi kehilangan kontribusi pendapatan sedikitnya Rp82 miliar dari ruas tersebut.

Dalam beberapa hari terakhir ekspektasi pasar terhadap pemulihan kinerja yang lebih cepat telah mendorong saham JSMR ke zona hijau. Namun Isnaputra berpendapat, tidak ada perubahan fundamental berdampak signifikan terhadap proyeksi jangka panjang.

Dengan masih tingginya ambisis pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur, Jasa Marga masih akan terbelenggu dalam siklus belanja modal jumbo. Ditambah lagi, minimnya pemain di sektor jalan tol akan membuat Jasa Marga terus menjadi andalan pemerintah.

Dengan demikian, Isnaputra menegaskan kembali rekomendasi Hold untuk saham JSMR. Namun, target harga yang ditetapkan dinaikkan menjadi Rp3.900 per saham. Pada penutupan perdagangan hari ini, saham JSMR telah melampaui target harga itu, betengger di level Rp3.940 per saham, menguat 6,49 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper