Bisnis.com, JAKARTA - Emiten konsumer PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) dan entitas anaknya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) secara bersamaan merilis data laporan keuangannya untuk kuartal pertama tahun 2020.
Dikutip dari laporan keuangan konsolidasian per 31 Maret 2020, di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), baik Indofood sebagai induk usaha, dan Indofood CBP sebagai entitas anak sama-sama mencetak pertumbuhan kinerja pada periode tersebut.
Namun, menariknya, Indofood CBP tampak lebih tangguh dibandingkan dengan induk usahanya. Produsen Indomie tersebut berhasil membukukan kenaikan laba bersih 48,26 persen secara tahunan, dengan perolehan senilai Rp1,98 triliun pada tiga bulan pertama tahun ini.
Memang, pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) Indofood CBP selama empat tahun belakangan berada di level 16 persen. Kemudian, persentase kenaikan secara year-on-year pada kuartal pertama tahun ini menjadi yang paling tinggi sejak tahun 2017 silam. Ditambah lagi, sejak tahun 2018, perseroan konsisten mencetak pertumbuhan laba double digit.
Sementara itu, pertumbuhan laba induk perusahaan Indofood tampaknya tak secemerlang entitas anaknya, meskipun tetap mencetak peningkatan.
Pada kuartal ini, perseroan hanya berhasil membukukan kenaikan laba 4,03 persen secara tahunan. Torehan labanya pun tidak lebih baik dibandingkan dengan entitas anaknya, yakni hanya sebesar Rp1,4 triliun.
Baca Juga
Anthoni Salim, Direktur Utama dan Chief Executive Officer Indofood dan Indofood CBP mengatakan, di tengah ketidakpastian global, perseroan tetap tangguh dan mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba pada kuartal pertama tahun 2020.
“Kami akan terus memonitor dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi, serta senantiasa mengelola bisnis kami secara berhati-hati dan tetap dapat bersaing di pasar,” ungkap Anthoni dikutip dari rilis persnya, Jumat (22/5/2020).
Di lantai bursa, harga saham Indofood maupun Indofood CBP serentak mengalami koreksi sebelum laporan keuangan kuartal pertamanya dirilis. Laju saham emiten berkode saham INDF dan ICBP tersebut masing-masing melemah 4,81 persen dan 3,03 persen pada penutupan pasar Rabu (20/5/2020) lalu.
Kendati demikian, benar kata pepatah di dunia saham kalau kinerja fundamental akan tercermin dari pergerakan sahamnya. Secara year-to-date, saham INDF sudah terkoreksi 19,44 persen, sedangkan entitas anaknya ICBP mengalami koreksi yang lebih kecil yakni sebesar 13,9 persen.
Kinerja Keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) | ||||||||||
Emiten | Pertumbuhan Penjualan Kuartal Pertama (Jutaan) | Pertumbuhan Laba Bersih Kuartal Pertama (Jutaan) | ||||||||
2017 | 2018 | 2019 | 2020 | CAGR | 2017 | 2018 | 2019 | 2020 | CAGR | |
INDF | Rp17.834.867 | Rp17.631.161 | Rp19.169.840 | Rp19.304.795 | 2% | Rp1.175.224 | Rp1.188.570 | Rp1.349.407 | Rp1.403.751 | 5% |
ICBP | Rp9.458.118 | Rp9.880.580 | Rp11.255.645 | Rp12.006.604 | 6% | Rp1.091.756 | Rp1.212.896 | Rp1.337.133 | Rp1.982.438 | 16% |
PILIHAN ANALIS
Menurut konsensus Bloomberg, 27 dari 33 analis merekomendasikan investor untuk membeli saham ICBP, dan 25 dari 28 analis merekomendasikan investor membeli saham INDF.
RHB Sekuritas, misalnya, menyematkan rekomendasi overweight dari netral untuk sektor konsumer dengan saham pilihan yakni INDF. Analis Michael W. Setjoadi mengatakan iklim industrinya yang defensif di tengah situasi PSBB yang sudah berjalan lebih dari dua bulan membuat sekuritas lebih merekomendasikan INDF dibandingkan ICBP.
“Kami lebih menyukai INDF, karena diskon besar untuk ICPB dan memanfaatkan prospek harga CPO yang lebih tangguh,” tulisnya dalam riset, Jumat (8/5/2020) lalu.
Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas pun masih memandang positif sektor konsumer di tengah kondisi perlambatan ekonomi saat ini. Namun, analis Mimi Halimin mengatakan pihaknya tetap memantau proyeksi pendapatan dan laba bersih dengan ekspektasi kegiatan ekonomi akan kembali normal setelah hari raya Idulfitri.
“Kami juga percaya bahwa saham defensif dengan eksposur pada pasar domestik akan tetap menjadi investasi yang baik di tengah meningkatnya volatilitas pasar. Bahkan, dari perspektif penilaian, perusahaan konsumer masih menarik,” tulis Mimi dalam risetnya, Jumat (15/5/2020).
Karenanya, Mimi secara bersamaan merekomendasikan beli saham INDF dan ICBP dengan target harga Rp8.600 dan Rp11.900.
Hal ini juga mempertimbangkan pertumbuhan INDF dan ICBP dari sisi earning per share (EPS) masing-masing 5,2 persen dan 5,4 persen secara tahunan dan price-to-earning ratio (PER) sebesar 11,2 kali dan 21,3 kali estimasi pada tahun 2020.