Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah berhasil menutup perdagangan Selasa (19/5/2020) bertahan di zona hijau dan menguat selama tiga hari berturut-turut seiring dengan keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup terapresiasi 0,542 persen atau 80 poin ke level Rp14.770 per dolar AS. Kinerja itu pun menjadi kinerja penguatan terbaik ketiga di antara mata uang Asia lainnya, tepat di bawah won yang menguat 0,58 persen dan ringgit yang naik 0,57 persen.
Dalam perdagangan yang sama, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,18 persen ke level 99,489.
Adapun, penguatan kali ini membantu rupiah untuk memangkas penurunannya sepanjang tahun berjalan 2020 menjadi hanya sebesar 6,1 persen.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa kendati mempertahankan suku bunga acuannya, langkah Bank Indonesia yang akan terus memperkuat bauran kebijakan untuk menjaga kestabilan pasar uang menjadi sentimen positif.
“Jadi rupiah masih mendapatkan dukungan terhadap dolar AS hingga penutupan perdagangan kali ini,” ujar Ariston saat dihubung Bisnis.com, Selasa (19/5/2020).
Untuk diketahui, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Mei, BI mempertahankan suku bunga acuannya di level 4,5 persen, meskipun melihat terdapat ruang untuk pemangkasan lebih lanjut.
Kebijakan Bank Indonesia ini meleset dari ekspektasi pasar yang memperkirakan Rapat Dewan Gubernur pada Mei ini akan melanjutkan pelonggaran moneter sebagai langkah untuk meredam dampak ekonomi Covid-19, serta menyikapi kinerja ekonomi pada kuartal I/2020 yang cukup terpuruk.
Sebelumnya berdasarkan konsensus Bloomberg, 11 ekonom memprediksi bank sentral akan memangkas BI 7 Day Reverse Rate dari 4,5 persen menjadi 4,25 persen, dan 4 ekonom yang memprediksi BI mempertahankan suku bunga acuan.
Selain itu, sentimen positif optimisme pasar yang menyambut baik kemajuan penemuan vaksin oleh perusahaan Bioteknologi Moderna masih bertahan hingga perdagangan kali, ini sehingga masih meningkatkan minat investor untuk mengumpulkan aset beresiko.
Ariston menilai pada perdagangan Rabu (20/5/2020) rupiah berpotensi untuk melanjutkan penguatannya didukung sentimen pelonggaran lockdown oleh beberapa negara dan kemajuan penemuan vaksin yang akan memberikan harapan bahwa ekonomi akan segera pulih.
Namun, pasar tampak masih akan mewaspadai perkembangan wabah dan juga potensi perang dagang antara AS dan China sehingga rupiah diprediksi bergerak di kisaran Rp14.700 hingga Rp14.900 per dolar AS.
Sementara itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menilai keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan sudah tepat.
“Karena, yang harus diperhatikan saat ini adalah penambahan stimulus baru seperti apa yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika dan Bank Sentral Eropa sehingga ada sinkronisasi antara bank sentral global,” ujar Ibrahim dikutip dari keterangan resminya, Selasa (19/5/2020).
Dia memprediksi rupiah masih bergerak di zona hijau pada perdagangan besok, di kisaran level Rp14.750 - Rp14.820 per dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengumumkan, hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 18-19 Mei 2020 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 4,5 persen.
Sejalan dengan kebijakan tersebut, suku bunga deposit facility dan lending facility sama-sama dipatok tetap pada 3,75 persen dan 5,25 persen.
"Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar di tengah ketidakpastian global," kata Perry, Selasa (19/5/2020).
Menurut Perry, nilai tukar rupiah menguat seiring dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan terjaganya kepercayaan terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Setelah menguat pada April 2020, rupiah pada bulan Mei 2020 kembali mengalami apresiasi.
Sampai 18 Mei 2020, rupiah menguat 5,1 persen secara rerata dan 0,17 persen secara point to point dibandingkan dengan level akhir April 2020. Namun demikian, rupiah masih mencatat depresiasi sekitar 6,52 persen dibandingkan dengan level akhir 2019 akibat depresiasi yang dalam pada Maret 2020.
Penguatan rupiah didorong oleh aliran masuk modal asing dan besarnya pasokan valas dari pelaku domestik. Bank Indonesia memandang level nilai tukar rupiah belakangan secara fundamental tercatat undervalued, sehingga berpotensi terus menguat dan mendukung pemulihan ekonomi.
Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus mengoptimalkan operasi moneter guna memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas.