Bisnis.com, JAKARTA – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. menyatakan kontrak baru dari luar negeri masih dapat terlaksana pada tahun ini, khususnya di dari negara-negara dengan dampak Covid-19 minimal.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya menyampaikan bahwa proses kontrak baru dari luar diperkirakan baru akan berjalan pada kuartal III/2020. Namun, menurutnya hal itu masih perlu menunggu perkembangan Covid-19 di negara terkait.
“Untuk kontrak luar negeri sampai dengan kuartal I/2020 belum ada, kemungkinan di kuartal III/2020 mulai, asalkan dampak Covid-19 tidak semakin meluas,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (18/5/2020).
Dia menjelaskan tahun ini perseroan menargetkan kontrak luar negeri dari beberapa proyek di Taiwan, Filipina, dan di beberapa negara Afrika seperti Republik Demokratik Kongo dan Tanzania.
Perseroan menargetkan total kontrak baru dari luar negeri mencapai sekitar Rp5,7 triliun. Target kontrak ini berkontribusi kurang dari 10 persen target total kontrak baru yang dipatok pada angka Rp65,5 triliun.
Dia menjelaskan bahwa perolehan kontrak luar negeri pada tahun ini juga bisa terdampak oleh penyebaran virus corona di negara terkait. Di negara yang terkena imbas lebih besar, risiko penundaan kontrak juga lebih besar.
Baca Juga
“Tergantung negaranya, seperti Taiwan kelihatannya dampak Covid-19 tidak terlalu besar. Tetapi, di Filipina dan beberapa negara Afrika cukup terdampak,” ujarnya.
Hingga saat ini, perseroan memiliki total order book atau kontrak dihadapi dari luar negeri sebesar Rp10,2 triliun. Kontrak ini merupakan bagian dari total order book perseroan yang mencapai sekitar Rp120,5 triliun.
Namun demikian, dia belum dapat memastikan berapa nilai kontrak luar negeri yang akan habis produksi dan dibukukan sebagai pendapatan pada tahun ini.
Mahendra menyampaikan perseroan kontrak luar negeri sejauh ini berasal dari beberapa proyek di sejumlah negara Afrika, seperti Senegal dan Nigeria. Kontrak kerja ini juga melibatkan kerja sama dengan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain.
“Contohnya, kami masuk bersama PT Len Industri dan PT INKA untuk proyek-proyek railway, kemudian ada rencana smelter di Nigeria dengan PT Timah, di Senegal kami juga kerja sama dengan Exim Bank untuk pendanaannya,” ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa tiap negara memiliki karakteristik proyek yang berbeda-beda. Tidak berarti kerja sama yang dilakukan pada proyek di satu negara akan sama dengan di negara lainnya.