Bisnis.com, JAKARTA—Lesunya transaksi di industri investasi kolektif diprediksi masih akan berlanjut hingga akhir bulan Mei 2020.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan per akhir April 2020, pembelian atau subscription reksa dana hanya Rp36,91 triliun, menyusut 20,22 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai penarikan atau redemption juga tercatat turun 46,71 persen menjadi Rp36,07 triliun.
Chief Investment Officer PT Principal Asset Management Ni Made Muliartini mengatakan aktivitas di pasar modal telah mengalami penurunan sejak awal tahun dan kini diperburuk oleh adanya pandemi Covid-19.
Dia memproyeksikan aktivitas Lebaran kali ini tidak akan berbeda banyak dengan bulan-bulan sebelumnya, terutama dari sisi transaksi pembelian reksa dana, apalagi melihat geliat pasar modal yang hingga saat ini masih terhitung sepi.
“Kami perkirakan akan masih berlangsung sama hingga akhir bulan,” ujar Ni Made kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Pasalnya, di tengah kondisi ini banyak orang yang lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan hidupnya dibandingkan memilih berinvestasi di pasar modal maupun instrumen investasi yang lainnya.
Ni Made menilai pandemi yang terjadi memang mengubah semua perilaku manusia, termasuk perilaku investasi. Meskipun demikian, apabila kondisi saat ini berangsur membaik, tidak mustahil investor akan kembali melirik pasar modal untuk berinvestasi.
Adapun bagi yang ingin tetap mengalokasikan dananya untuk berinvestasi, seperti menyisihkan sebagian tunjangan hari raya atau THR-nya, Ni Made menyarankan untuk memilih instrumen yang cukup likuid seperti produk reksa dana pasar uang.
“Tidak ada perbedaan signifikan antara mengelola portofolio menjelang Lebaran dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Namun kebutuhan dana likuid biasanya cukup tinggi di hari-hari menjelang hari raya,” tuturnya.