Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpapar Sentimen The Fed, Pelemahan IHSG Diprediksi Berlanjut

Pada penutupan sesi pertama hari ini, IHSG ditutup pada level 4.538,078, longsor 16,281 poin atau 0,36 persen
Pekerja berswafoto dengan latar belakang pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/5/2020). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG pada Senin (11/5/2020) berakhir di level 4.639,1 dengan penguatan sekitar 0,91 persen atau 41,67 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Pekerja berswafoto dengan latar belakang pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/5/2020). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG pada Senin (11/5/2020) berakhir di level 4.639,1 dengan penguatan sekitar 0,91 persen atau 41,67 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA – Binaartha Sekuritas memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan melemah pada perdagangan sesi kedua, Kamis (14/5/2020).

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan peringatan Gubernur The Fed Amerika Serikat (AS) Jerome Powell tentang prospek ekonomi mendorong bursa saham global merosot.

“Sepertinya sentimen Powell masih sangat kuat, berarti sesi kedua masih bertahan di zona negatif,” ujar Nafan kepada Bisnis, Kamis (14/5/2020) siang ini.

Menurutnya, pernyataan Powell di hadapan Kongres Amerika Serikat cukup realistis dalam menyikapi efek dari pandemi Covid-19 terhadap perekonomian negara adidaya tersebut dikarenakan pemulihan kinerja perekonomian tidak akan bisa berlangsung dengan sangat cepat.

Dengan demikian, Nafan memprediksi level support IHSG pada perdagangan sesi kedua ini berada di rentang 4.535 dan 4.514. Pada penutupan sesi pertama hari ini, IHSG ditutup pada level 4.538,078, longsor 16,281 poin atau 0,36 persen.

Untuk diketahui, dalam acara virtual yang diselenggarakan oleh Peterson Institute for International Economics di Washington pada Rabu (13/5), Powell mengatakan ekonomi Amerika Serikat menghadapi risiko-risiko yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat pandemi virus corona, jika para pembuat kebijakan fiskal dan moneter tidak bertindak.

“Pemulihan mungkin membutuhkan waktu untuk mengumpulkan momentum dan berlalunya waktu dapat mengubah masalah likuiditas menjadi masalah solvabilitas,” ungkap Powell.

Dukungan fiskal tambahan, lanjutnya, bisa jadi mahal tetapi layak jika membantu mencegah kerusakan ekonomi jangka panjang dan membawa kita ke pemulihan yang lebih kuat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper