Bisnis.com, JAKARTA – Saham sektor perbankan yang menjadi salah satu penopang indeks harga saham gabungan (IHSG) selama era pandemi kini berbalik memasuki fase negatif dan memberatkan indeks.Hal ini terjadi seiring kecemasan investor yang meningkat terhadap prospek perekonomian.
Kepala Riset Ekuitas Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto menjelaskan sepanjang tiga fase awal penyebaran virus corona di dalam dan luar negeri, sektor perbankan terus terus mencatatkan performa yang lebih baik dibandingkan IHSG. Namun memasuki fase keempat trennya mulai berubah.
Dia menjelaskan, pada fase pertama hingga ketiga, sektor perbankan paling tangguh dan mampu mengungguli kinerja IHSG. Namun pada fase keempat, sektor perbankan tertekan seiring dampak pandemi yang mulai mengganggu perekonomian.
“Banking sector tertekan cukup dalam dan ini pertama kali sektor finance itu underperformed terhadap IHSG,” katanya, Rabu (13/5/2020).
Sejak fase pertama pada 10 Januari 2020 hingga fase ketiga pada 2 Februari—23 Februari 2020, sektor perbankan membukukan pertumbuhan 0,8 persen. Kinerja ini lebih baik dibandingkan IHSG yang tertekan sebesar 1,3 persen pada periode yang sama.
Namun demikian, memasuki fase keempat pada 23 Februari—1 April 2020 sektor perbankan mengalami penurunan kinerja yang lebih dalam dari IHSG. Sektor perbankan turun 26,4 persen, sementara IHSG turun 23,1 persen sepanjang periode ini.
Baca Juga
Dia menjelaskan pada fase kelima dalam kurun waktu 1 April—8 Mei 2020 kinerja perbankan juga tak kunjung pulih, turun 4,8 persen selama periode itu. Di sisi lain, IHSG dapat menguat 2,9 persen. Hanya sektor perbankan dan properti yang mengalami penurunan pada fase keempat.
Menurutnya, penurunan kinerja saham di sektor perbankan disebabkan oleh kekhawatiran investor yang meningkat karena adanya sejumlah aturan baru yang mengikuti stimulus ekonomi.
Salah satunya terkait Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2020 yang mendorong peran bank menyalurkan likuiditas dari pemerintah untuk restrukturisasi utang, maupun relaksasi aturan pencadangan dari regulator.
“Saat ada aturan tentunya akan memengaruhi net profit. Tapi juga some bank tidak sepenuhnya diuntungkan dari relaksasi provisi,” katanya.
Meski begitu, dia menilai perbankan merupakan salah bagian penting ekonomi secara keseluruhan. Selain itu, perbankan diperkirakan masih bisa mencatatkan pertumbuhan simpanan maupun penyaluran kredit pada tahun ini meski berada pada kisaran angka yang cukup rendah.
Pada perdagangan hari ini IHSG ditutup melemah 0,75 persen ke level 4.554,36. Di sisi lain, saham bank besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. turun 0,8 persen ke level Rp2.470 per saham, PT Bank Central Asia (Persero) Tbk. turun 2,11 persen ke level Rp25.550, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. stagnan di level Rp4.010 per saham.