Bisnis.com, JAKARTA— Kucuran dana segar senilai US$1 miliar siap mengaliri tubuh Garuda (GIAA) untuk menyelamatkan perusahaan tersebut dari lilitan utang.
Dikutip dari Bloomberg, Senin (11/5/2020), pemerintah siap mengucurkan dana segar US$1 miliar untuk menyelamatkan Garuda dari lilitan utang dengan US$500 juta di antaranya untuk melunasi sukuk jatuh tempo dan sisanya modal kegiatan selama tiga hingga enam bulan.
Hal tersebut dikatakan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo. Menurutnya, bisnis penerbangan Garuda masih bakal menarik pascapandemi Covid-19.
Kartika menyebut Garuda telah meminta kepada pemegang sukuk globalnya agar menerima beberapa opsi. Opsi yang diajukan yakni perpanjangan masa jatuh tempo hingga tiga tahun atau pembayaran secara bertahap.
“Garuda tetaplah perusahaan yang bagus dengan prospek cerah,” katanya.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, Kementerian Keuangan menyatakan bakal turun tangan dalam rangka membantu penyelesaian utang Garuda yang bakal jatuh tempo pada Juni. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Luky Alfirman mengatakan masalah penyelesaian utang ini dikomandoi oleh Kementerian BUMN.
"Lead-nya Kementerian bumn. Kita kerja sama terus. Kita sedang pikirkan beberapa alternatif Insyaallah lewat sukuk misalnya. Kita cari solusi bantu Garuda," kata Luky, Jumat (8/5/2020).
Mengutip laporan keuangan 2019, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. memiliki total pinjaman senilai US$1,83 miliar dan pinjaman bersih senilai US$1,53 miliar.
Sementara itu, posisi ekuitas mencapai US$720,62 juta. Dengan demikian, posisi debt to equity ratio (DER) perseroan mencapai 2,55 kali, dan net debt to equity ratio perseroan mencapai 214 persen.
Garuda pun tercatat memiliki liabilitas jangka pendek yang cukup besar per akhir 2019, yakni US$3,25 miliar. Kewajiban jangka pendek itu mendominasi total liabilitas perseroan yang mencapai US$3,73 miliar.
Dari jumlah tersebut, US$984,85 juta di antaranya merupakan pinjaman bank. Pinjaman ini terdiri dari pinjaman bank terafiliasi sebanyak US$540,09 juta dan US$444,75 juta kepada bank pihak ketiga. Salah satu utang yang jatuh tempo dalam waktu dekat yakni sukuk global yang terbit pada 2017 senilai US$500 juta pada 3 Juni 2020.