Bisnis.com, JAKARTA — Setelah bergerak volatil sejak awal perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak mampu bangkit di sesi kedua dan harus rela mengakhiri perdagangan di zona merah pada level 4.597,43.
Pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (8/5/2020) indeks tercatat turun 11,36 poin atau 0,25 persen dibandingkan dengan akhir perdagangan Rabu (6/5/2020). Adapun sepanjang perdagangan IHSG bergerak dalam rentang 4.630,68—4.586,73.
Dari seluruh saham yang diperdagangkan, sebanyak 181 menghijau, 210 memerah,dan 156 lainnya bergeming dari posisi pembukaan.
Di kelompok top losers atau saham yang paling boncos hari ini, PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI), PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan PT Bank BRI Agroniaga Tbk. (AGRO).
HOKI, BRPT, dan AGRO menjadi saham dengan penurunan paling dalam, masing-masing terkoreksi 6,04 persen, 5,84 persen, dan 4,13 persen.
Sebaliknya, di kelompok top gainers, saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. alias GIAA melesat 19,42 persen. Kemudian Diikuti oleh PT Bumi Benowo Sukses Sejahtera Tbk. (BBSS) 13,21 persen dan PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) 12,00 persen.
Baca Juga
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan hari ini pasar masih tertekan oleh kekhawatiran akan wabah Covid-19 dan dampak yang mengiringinya. Apalagi saat ini negara-negara maju sudah mulai melonggarkan lockdown. Adapun Indonesia masih menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Selain itu, ujar Nafan, laju indeks juga terganjal oleh sentimen negatif dari kinerja produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang tertekan di level 2,97 persen yang membuat pemerintah merevisi target PDB 2020 dari 2,3 persen menjadi minus 0,4 persen.
Di sisi lain, Nafan menyebut aksi jual investor asing yang masih deras juga dipengaruhi sentimen serupa. Menurutnya, penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintah menjadi kunci apakah asing mau masuk pasar Indonesia atau sebaliknya.
“Kalau pemerintah mampu melakukan manajemen risiko Covid-19 dengan baik, ini dapat membuat peluang asing untuk masuk semakin terbuka,” tuturnya, Jumat (8/5/2020) sore.
Adapun mengenai saham Garuda Indonesia yang melambung hampir 20 persen, dia tak menampik bahwa itu merupakan efek dari mulai diberlakukannya kembali izin operasi penerbangan oleh pemerintah.
Nafan merekomendasikan “hold” untuk saat ini karena dia menilai potensi GIAA terkoreksi ke level 230 masih terbuka lebar. Lebih lanjut dia menyarankan investor untuk melakukan buy on weakness di level tersebut.
“Dengan target price di level 284 untuk jangka pendek-menengah, sedangkan untuk jangka panjangnya di level 400,” imbuh Nafan.