Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pekan II Mei 2020, Begini Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah

Bank Indonesia kembali menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah pada pekan kedua Mei 2020, yakni indikator nilai tukar dan inflasi.
Karyawati bank menata uang dollar dan rupiah di kantor cabang PT Bank Mandiri Tbk. di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Karyawati bank menata uang dollar dan rupiah di kantor cabang PT Bank Mandiri Tbk. di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia kembali menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah pada pekan kedua Mei 2020, yakni indikator nilai tukar dan inflasi.

Berikut ini perkembangannya seperti disampaikan Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko lewat keterangan resmi, Jumat (8/5/2020).

Rupiah ditutup pada level Rp14.980 pada Kamis (6/5) dan dibuka melemah pada perdagangan Jumat (8/5) ke level Rp15.000. Adapun yield surat berharga negara (SBN) 10 tahun naik ke level 8,07% pada Kamis (6/5) dan turun tipis jadi 8,06% pada pagi hari ini.

DXY (indeks Dolar yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap 6 mata uang negara utama lainnya yakni EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF) naik ke level 99,89 pada Kamis (6/5). Sedangkan yield UST (US Treasury Note atau surat utang yang dikeluarkan pemerintah AS dengan tenor 1-10 tahun) naik level 0,641%.

Lebih lanjut, mengenai aliran modal asing pada pekan kedua Mei ini, BI mencatat premi CDS (credit default swaps) Indonesia 5 tahun turun ke 204,05 bps per 7 Mei 2020 dari 210,08 bps per 1 Mei 2020.

Berdasarkan data transaksi 4-6 Mei 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp6,95 triliun, dengan jual neto di pasar saham sebesar Rp0,84 triliun, sementara di pasar SBN  jual neto sebesar Rp6,11triliun.

Kemudian, berdasarkan data setelmen 4-6 Mei 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp2,01 triliun dan selama 2020 (year to date/ytd), tercatat jual neto Rp162,18 triliun.

Sementara itu, terkait indikator inflasi, berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I Mei 2020, perkembangan harga-harga pada bulan Mei 2020 diperkirakan mengalami deflasi sebesar -0,10% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya. Sehingga inflasi secara tahun kalender sebesar 0,74% (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,02% (yoy).

Penyumbang utama deflasi pada periode laporan antara lain berasal dari komoditas telur ayam ras (-0,08%), bawang putih (-0,04%), cabai merah (-0,03%), cabai rawit (-0,03%), kangkung, bayam dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01% (mtm).

Adapun, komoditas utama yang menyumbang inflasi yaitu bawang merah (0,03%), daging ayam ras (0,02%), jeruk dan air minum kemasan masing-masing sebesar 0,01% (mtm).

“BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper