Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten pertambangan batu bara merancang strategi untuk menjaga kinerjanya dengan mengalihkan tujuan pasar ekspor seiring dengan penerapan lockdown di beberapa negara tujuan.
Sebagaimana diketahui, India—salah konsumen batu bara terbesar di dunia—memperpanjang lockdown menjadi hingga 18 Mei 2020. Adapun China yang juga menjadi negara tujuan ekspor batu bara asal Indonesia belum menyerap pasokan emas hitam secara normal kendati sudah melonggarkan lockdown.
Direktur Niaga PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) Adib Ubaidillah mengatakan penutupan wilayah di India dan China belum begitu berdampak terhadap penjualan perseroan pada kuartal I/2020. Bukit Asam tercatat masih membukukan penjualan 6,6 juta ton, tumbuh 2,1 persen.
“Dampaknya baru akan terasa pada kuartal II/2020, sehingga upaya yang akan kami lakukan adalah mencari pasar baru, seperti Brunei Darussalam. Lalu juga bisa ke Thailand, Vietnam, Hongkong, Korea Selatan masih bisa masuk,” ujar Adib saat paparan kinerja kuartal I/2020, Senin (4/5/2020).
Menurut Adib, fokus mencari pasar ekspor baru juga dilakukan guna mengimbangi penurunan permintaan domestik—yang memberikan kontribusi 65 persen terhadap total penjualan— terutama dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Adib mengaku PLN telah mengajukan penurunan pembelian batu bara perseroan dengan jumlah yang cukup signifikan pada April dan Mei sebagai dampak dari serapan energi listrik yang melandai.
Baca Juga
Di lain pihak, PT Indika Energy Tbk. akan mengalihkan ekspor dari India ke China. Head of Corporate Communications Ricky Fernando mengatakan pengiriman batu bara ke India menjadi tersendat sejak negara itu menerapkan lockdown. Walhasil, emiten berkode saham INDY itu melakukan penyesuaian terhadap beberapa kontrak penjualan batu bara ke Negeri Bollywood.
“Sejauh ini belum ada pembatalan kontrak, tetapi ada sebagian shipment ke India yang kami relokasi ke China,” ujar Ricky kepada Bisnis, Rabu (6/5/2020).
Pengalihan ekspor ke China sejalan dengan langkah Negeri Tirai Bambu itu membuka penguncian wilayah.Data terbaru menunjukkan, terdapat sinyal-sinyal pemulihan di China seiring dengan data impor batu bara pada April sebesar 34,22 juta ton. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan 27,83 juta ton yang diimpor pada Maret dan 25,3 juta ton pada April 2019.
Adapun, pada kuartal I/2020 perseroan telah menjual batu bara sebesar 9,1 juta ton dengan rincian, penjualan oleh PT Kideco Jaya Agung sebesar 8,8 juta ton dan PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU) sebesar 300 ribu ton.
Untuk menjaga kinerja, INDY juga akan tetap menjaga efisiensi biaya, menjaga strip ratio agar sesuai target, dan memanfaatkan momentum harga bahan bakar yang sedang mengalami penurunan.