Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (6/5/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 0,46 persen atau 21,34 poin ke level 4.608,79 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Selasa (5/5/2020), IHSG berhasil rebound ke zona hijau dan ditutup di level 4.630,13 dengan penguatan 0,53 persen atau 24,65 poin.
Sebelum tergelincir, indeks sempat melanjutkan penguatannya dengan dibuka naik tipis 0,08 persen atau 3,53 poin ke level 4.633,66 pada Rabu (6/5). Sepanjang perdagangan hari ini, indeks bergerak fluktuatif dalam kisaran 4.597,75 – 4.647,52.
Sebanyak 6 dari 10 sektor dalam IHSG menetap di zona merah, didorong oleh sektor industri dasar dengan pelemahan 2,87 persen dan infrastruktur yang melemah 1,37 persen.
Empat sektor lainnya menetap di wilayah positif, dipimpin oleh sektor pertambangan yang menguat 0,89 persen.
Baca Juga
Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher mengatakan pergerakan IHSG sesuai dengan proyeksi sebelumnya, yang mana penguatannya kemarin hanya technical rebound dan bersifat sementara.
Selain itu, rendahnya produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang diumumkan kemarin juga memberikan sentimen yang menekan pergerakan pasar pada perdagangan hari ini dan mendorong investor untuk melakukan aksi jual bersih.
“Karena PDB ada di bawah ekspektasi,”ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (6/5/2020)
Indeks saham lainnya di Asia bergerak variatif pada perdagangan hari ini, saat investor mencermati optimisme pelonggaran lockdown oleh banyak negara.
Indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China menguat 0,67 persen dan 0,64 persen pascalibur panjang sejak akhir pekan lalu. Indeks Hang Seng terpantau menguat 1,38 persen. Sebaliknya, indeks S&P/ASX 200 Australia melemah 0,42 persen.
Kekhawatiran perang perdagangan baru telah meningkat bersamaan dengan komentar pemerintahan Trump yang menyalahkan China atas pandemi global.
Secara keseluruhan, pasar berjuang untuk menentukan arahnya setelah ekuitas global mampu rebound bulan lalu dan menguat lebih dari 25 persen di atas posisi terendah pada Maret.
“Ini benar-benar tergantung pada apa yang terjadi sehubungan dengan laju infeksi [virus corona] dan apakah ada yang disebut gelombang kedua,” ujar Andrew Wilson, chairman of global fixed income di Goldman Sachs Asset Management, seperti dilansir melalui Bloomberg.
“Jadi saat lockdown dilonggarkan, masih ada risiko yang tentu saja mendorong untuk memperketat kontrol. Itu sebabnya pemerintah negara-negara di seluruh dunia akan relatif berhati-hati tentang bagaimana mereka mengendurkan lockdown,” terangnya.