Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan tak bertenaga sepanjang perdagangan sesi pertama, Senin (4/5/2020). Minimnya sentimen positif membuat indeks tak mampu mempertahankan penguatan pada pekan lalu.
Pada hari terakhir perdagangan pekan lalu yakni Kamis (30/4/2020), indeks acuan ini menguat ke level 4.716,40 atau level tertingginya selama sepekan, setelah naik 3,26 persen dibandingkan hari sebelumnya.
Sayangnya, di awal pekan ini indeks tak mampu kembali perkasa. Sejak awal perdagangan IHSG langsung terjerempab ke zona merah bahkan sempat menyentuh level terendah 4.576,22.
Terpantau hanya ada 106 saham yang menguat sedangkan 271 saham melemah dan 127 lainnya tak bergerak dari posisi pembukaan. Sektor infrastruktur dan industri dasar menjadi pemimpin pelemahan dengan masing-masing turun 3,77 persen dan 3,45 persen.
Perdagangan pada sesi I ini juga diwarnai dengan aksi jual bersih oleh investor asing yang mencapai Rp94,48 miliar di seluruh pasar dan Rp172,51 miliar di pasar regional. Adapun total transaksi yang tercatat mencapai Rp3,04 triliun.
Di pasar regional, saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo menjadi yang paling banyak dilego asing antara lain saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Astra International Indonesia Tbk. (ASII), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Baca Juga
Masing-masing saham membukukan net sell Rp89,8 miliar, Rp49,2 miliar), Rp48,1 miliar.
Head of Research MNC Sekuritas Thendra Crisnanda mengatakan pelemahan IHSG hari ini merespon peningkatan tensi geopolitik akibat pernyataan Presiden Amerika Serikat Doland Trump yang berencana kembali meningkatkan tarif impor barang-barang dari China.
“[Ada indikasi] kembali perang dagang,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (4/5/2020)
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan pergerakan indeks sesuai dengan proyeksi teknikal yang mana indikator Stochastic sudah mulai menunjukkan overbought sehingga indeks berpeluang terkoreksi wajar menuju ke support terdekat.
Menurutnya, selain ancaman perang dagang dan masih berkembangnya wabah Covid-19, ada sejumlah sentimen yang turut menjadi penekan indeks seperti minimnya data makro ekonomi global yang memberikan high impact terhadap pasar.
Di sisi lain, Purchasing Manager Index (PMI) Indoensia yang turun signifikan ke angka 27,5.
“Terus turunnya performa data inflasi maupun inflasi inti Indonesia dan jumlah tourist arrivals yang juga turun signifikan [ikut menekan indeks],” imbuhnya.