Bisnis.com, JAKARTA – PT Astra Otoparts Tbk., anak usaha PT Astra International Tbk., membukukan penurunan laba bersih sebesar 28,01 persen pada kuartal I/2020, akibat menurunnya pendapatan dan kenaikan sejumlah pos beban.
Dikutip dari laporan keuangan kuartal I/2020, emiten berkode saham AUTO ini membukukan laba bersih senilai Rp114,72 miliar, turun 28,01 persen dari posisi Rp159,35 miliar pada kuartal I/2019. Penurunan ini terjadi seiring menurunnya pendapatan perseroan.
Pada kuartal I/2020, pendapatan perseroan tercatat sebesar Rp3,84 triliun, turun 2,56 persen dari periode yang sama tahun lalu. Pendapatan masih didominasi oleh penjualan di pasar lokal dan penjualan kepada pihak berelasi.
Namun demikian, penjualan di pasar lokal tercatat menurun 4,17 persen menjadi Rp2,18 triliun. Sementara itu, penjualan kepada pihak berelasi turun 3,91 persen menjadi Rp1,38 triliun. Hanya penjualan ke pasar ekspor yang meningkat, yakni 16,03 persen. Namun, jumlahnya tidak signifikan, hanya Rp357,35 miliar.
Penurunan pendapatan juga diikuti dengan penurunan beban pokok yang tercatat sebesar 3,35 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp3,28 triliun. Dengan penurunan beban pokok tersebut, laba kotor perseroan tercatat sebesar Rp557,77 miliar, turun 2,35 persen secara tahunan.
Meski begitu laba bersih emiten berkode saham AUTO itu harus tertekan lebih dalam karena perseroan gagal melakukan efisiensi pada sejumlah pos beban. Hanya beban keuangan yang tercatat mengalami penurunan, yakni 37,90 persen menjadi Rp13,98 miliar.
Baca Juga
Sementara itu, beban penjualan dan beban umum & administrasi masing-masing 14,88 persen dan 16,91 persen. Di sisi lain, pendapatan laba dari entitas asosiasi turun 61,64 persen menjadi Rp22,67 miliar saja.
Perseroan memang mendapatkan keuntungan tambahan dari penghasilan keuangan senilai Rp23,67 miliar, naik 55,99 persen. Penghasilan lain-lain bersih juga naik 1,73 persen menjadi Rp21,46 miliar. Namun, secara kumulatif total beban masih cukup tinggi sehingga laba bersih terkoreksi.
Salah satu pos beban yang juga mengalami kenaikan cukup besar adalah beban lain-lain yang naik 378,05 persen menjadi Rp30,01 miliar, dipicu kerugian nilai tukar sebanyak Rp22,12 miliar serta kenaikan denda pajak.
Meski begitu perseroan juga mendapatkan sedikit tambahan keuntungan pada tahun ini dari likuidasi PT Indokarlo Perkasa Bogor (IKP). Anak usaha yang didirikan pada 1988 itu masih dalam tahap likuidasi dan, penjualan asetnya memberikan tambahan laba dari operasi yang dihentikan sebesar Rp5,65 miliar.
Dari sisi aset, perseroan membukukan kenaikan sebesar 4,82 persen menjadi Rp16,78 triliun. Sementara dalam bentuk pasiva, aset terdiri dari liabilitas senilai Rp5 triliun, naik 14,71 persen, dan ekuitas senilai Rp11,78 triliun, naik 1,11 persen.
Dari sisi arus kas, meski penjualan tercatat menurun, perseroan masih bisa menghasilkan arus kas operasi positif Rp367,11 miliar, naik 66,99 persen. Perseroan juga mengerem arus kas untuk investasi menjadi Rp87,84 miliar, turun 83,73 persen. Sejalan dengan itu, aktivitas pendanaan melandai 28,48 persen, menjadi Rp83,64 miliar.
Dengan demikian, posisi kas dan setara kas perseroan pada akhir tahun mengalami kenaikan sebesar 73,80 persen menjadi Rp1,18 triliun. Posisi kas meningkat dari kuartal I/2019 yang jumlahnya mencapai Rp683,83 miliar.