Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan otomotif Tanah Air pada tahun ini sedang dalam tren lesu. Bagaimana kemudian nasib kinerja bisnis deretan emiten komponen otomotif seperti dari Grup Astra, PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) dan PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) milik konglomerat TP Rachmat?
Berdasarkan laporan keuangan, DRMA telah membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp240,17 miliar pada semester I/2025, naik tipis 1,31% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp237,06 miliar.
Pada paruh pertama tahun ini, perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp2,77 triliun, tumbuh 8,6% yoy dibandingkan penjualan semester II/2024 sebesar Rp2,55 triliun.
President Direktur Dharma Polimetal, Irianto Santoso menilai dinamika geopolitik global telah memengaruhi kondisi ekonomi dunia secara keseluruhan, dan hal ini turut berdampak pada industri otomotif di Indonesia.
"Kami bersyukur, bahwa dalam situasi yang demikian DRMA mampu mencatatkan pertumbuhan positif baik di sisi penjualan, maupun laba bersih. Penjualan di segmen roda dua dan ekspor menjadi penyokong kuat keberhasilan kita mengatasi situasi sulit yang sedang dihadapi industri otomotif Tanah Air,” kata Irianto dalam keterangan tertulis pada beberapa waktu lalu.
Kemudian, PT Selamat Sempurna Tbk. (SMSM) mencatatkan laba bersih sebesar Rp530,76 miliar pada paruh pertama 2025, naik 18,48% yoy dibandingkan laba pada paruh pertama 2024 sebesar Rp447,97 miliar.
Baca Juga
Bahkan, laba PT Garuda Metalindo Tbk. (BOLT) naik dua kali lipat atau 109,65% menjadi sebesar Rp61,03 miliar pada semester I/2025, dibandingkan laba bersih pada semester I/2024 sebesar Rp29,11 miliar.
Berbeda dengan DRMA hingga SMSM, laba bersih AUTO menyusut 7,4% yoy menjadi sebesar Rp938,96 miliar pada semester I/2025, dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,01 triliun.
Penyusutan terjadi karena pada 2024 AUTO membukukan keuntungan atas penjualan aset tetap yang sudah tidak digunakan untuk kegiatan manufaktur.
Sementara, tanpa memperhitungkan keuntungan atas penjualan aset tetap pada 2024, laba bersih konsolidasi perseroan pada semester I/2025 mencatatkan pertumbuhan 9,7% yoy.
Adapun, AUTO telah meraup pendapatan bersih sebesar Rp9,58 triliun pada semester I/2025, naik 4,2% yoy dibandingkan pendapatan pada semester I/2024 sebesar Rp9,19 triliun.
Peningkatan pendapatan AUTO didorong oleh pertumbuhan kontribusi dari segmen manufaktur maupun perdagangan, serta strategi ekspansinya.
“Kinerja semester I tahun ini menunjukkan bahwa Astra Otoparts mampu menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan dengan terus berfokus pada efisiensi, inovasi, dan perluasan pasar," kata Direktur Astra Otoparts Sophie Handili dalam keterangan tertulisnya pada beberapa waktu lalu.
Emiten komponen otomotif portofolio investor kawakan Lo Kheng Hong, PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) juga mencatatkan penurunan laba bersih 21,94% yoy menjadi Rp450 miliar, dari sebelumnya Rp577,15 miliar.
Laba PT Indospring Tbk. (INDS) juga turun 16,9% yoy menjadi Rp34,26 miliar pada semester I/2025 dibandingkan Rp41,24 miliar pada semester I/2024.
Capaian kinerja emiten komponen otomotif itu terjadi di tengah momentum lesunya industri otomotif Tanah Air. Sepanjang tahun ini misalnya, angka penjualan mobil masih tetap menurun.
Berdasarkan data Gaikindo, sepanjang periode Januari-Juni 2025, total penjualan mobil wholesales ambles 8,6% yoy menjadi 374.740 unit, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebanyak 410.020 unit.
Sementara itu, penjualan mobil secara ritel pun turun 9,7% menjadi 390.467 unit, dibandingkan dengan 6 bulan pertama 2024 sebanyak 432.453 unit.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.