Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia melemah pada perdagangna Selasa (21/4/2020) karena kekhawatiran tentang kesehatan diktator Korea Utara memberikan lebih banyak ketidakpastian ke pasar yang bergolak oleh jatuhnya harga minyak yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau melemah 1,97 persen atau 9,71 poin ke level 482,96 pada pukul 15.27 WIB. Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 ditutup melemah masing-masing 1,15 persen dan 1,97 persen.
Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 melemah 0,9 persen dan 1,18 persen. Adapun indeks Hang Seng melemah 2,06 persen. Indeks Kospi ditutup melemah 1 persen
Dilansir Bloomberg, bursa Asia melemah setelah laporan bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam kondisi kritis setelah menjalani operasi.
Harga minyak AS tetap menjadi fokus setelah kontrak yang berakhir Selasa jatuh pada awal pekan ke level di bawah nol untuk pertama kalinya dalam sejarah menyusul penuhnya tangki penyimpanan di AS.
Kontrak berjangka di New York berfluktuasi setelah merosot ke level terendah minus US$40,32 di sesi sebelumnya. Sementara itu, kontrak Juni masih berada di atas level US$20.
Baca Juga
Spread harga di antara keduanya mencerminkan meningkatnya ketakutan bahwa mereka yang menerima pengiriman fisik minyak mentah dalam waktu dekat mungkin tidak menemukan penyimpanan untuk barel minyak tersebut.
AS memiliki informasi bahwa Kim Jong-un berada dalam kondisi kritis setelah menjalani operasi kardiovaskular pekan lalu, CNN mengatakan AS memiliki intelijen bahwa ia dalam bahaya besar, meskipun Yonhap News Korea Selatan membantah laporan itu.
Krisis kepemimpinan di Korea Utara, yang telah diperintah oleh satu keluarga sejak dibentuk setelah Perang Dunia II, berpotensi memiliki konsekuensi serius bagi stabilitas regional, serta terhadap pembicaraan dengan AS mengenai persenjataan nuklir negara itu.
"Ketidakpastian tentang siapa yang menggantikannya di Korea Utara adalah hal yang tidak diketahui," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di Oanda Asia Pacific, seperti dikutip Bloomberg.