Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ikuti Wall Street, Bursa Asia Melemah Pagi Ini

Bursa saham di Asia serempak melemah pada perdagangan pagi ini, Selasa (21/4/2020), mengikuti kemerosotan yang dialami di bursa Wall Street Amerika Serikat di tengah keresahan investor seputar jatuhnya harga minyak.
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham di Asia serempak melemah pada perdagangan pagi ini, Selasa (21/4/2020), mengikuti kemerosotan yang dialami di bursa Wall Street Amerika Serikat di tengah keresahan investor seputar jatuhnya harga minyak.

Pada perdagangan Senin (20/4/2020), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 2,44 persen ke level 23.650,44, indeks S&P 500 merosot 1,79 persen ke level 2.823,16, dan indeks Nasdaq Composite berakhir melemah 1,03 persen ke level 8.560,73.

Meski indeks saham acuannya merosot, indeks berjangka S&P 500 AS dilaporkan mampu naik 0,5 persen pada Selasa (21/4/2020) pukul 09.03 pagi waktu Tokyo.

Tetap saja, indeks-indeks saham di Asia merespons negatif pelemahan Wall Street pada Senin. Indeks Topix Jepang melemah 0,9 persen, indeks Kospi Korea Selatan turun 0,7 persen, dan indeks S&P/ASX 200 Australia melorot 1,1 persen.

Di sisi lain, imbal hasil Treasury 10 tahun stabil di kisaran 0,61 persen setelah turun lebih dari tiga basis poin.

Dilansir dari Bloomberg, minyak mentah WTI kontrak Mei 2020 yang kedaluwarsa pada Selasa (21/4) jatuh ke bawah level nol dan diperdagangkan negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah seiring dengan rendahnya kapasitas penyimpanan.

Dengan pandemi virus corona (Covid-19) melumpuhkan ekonomi Amerika Serikat dan ekonomi global, prosesor-prosesor menggunakan jauh lebih sedikit minyak mentah.

Oleh karenanya, ada begitu banyak minyak yang tidak terpakai sehingga perusahaan-perusahaan energi Amerika kehabisan ruang untuk menyimpannya. Dan jika tidak ada tempat untuk menyimpan minyak, maka tidak ada yang menginginkan kontrak minyak mentah yang akan jatuh tempo.

"Jika ada satu hal yang pasti tentang minyak, itu sangat tidak dapat diprediksi, terutama karena harga benar-benar ditentukan di pasar berjangka," kata Rick Swope, direktur senior pendidikan investor di E*Trade Financial.

Bagaimanapun, minyak WTI kontrak Juni, yang memiliki volume perdagangan lebih tinggi sebesar lebih dari 30 kali, mampu diperdagangkan di atas level US$21 per barel.

Sentimen di pasar minyak tersebut diimbangi dengan tanda-tanda melambatnya laju angka kematian akibat virus Corona (Covid-19) di beberapa bagian dunia, termasuk New York, dan pelonggaran lockdown. Sementara itu, Kongres AS selangkah lebih maju dengan paket pengeluaran baru untuk mengimbangi efek pandemi Corona.

Di sisi korporasi, laju musim laporan keuangan akan meningkat, dengan hampir seperlima dari perusahaan dalam S&P 500 akan merilis laporannya pekan ini. Setelah penutupan perdagangan AS, IBM melaporkan penurunan pendapatan untuk kuartal I/2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper