Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif antara zona hijau dan merah pada awal perdagangan hari ini, Senin (20/4/2020).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG terpantau melorot 0,63 persen atau 29,34 poin ke level 4.605,48 pada pukul 09.10 WIB dari level penutupan sebelumnya.
Pada perdagangan Jumat (17/4/2020), IHSG berhasil mendarat di zona hijau dan ditutup di level 4.634,82 dengan lonjakan 3,44 persen atau 154,21 poin.
Sebelum berbalik terkoreksi pada Senin (20/4), indeks sempat memperpanjang penguatannya dengan dibuka naik 0,3 persen atau 13,9 poin ke level 4.648,72. Sepanjang perdagangan pagi ini, indeks bergerak fluktuatif dalam kisaran 4.592,09-4.653,22.
Seluruh 10 sektor dalam IHSG bergerak negatif, dipimpin industri dasar (-1,47 persen), manufaktur (-1,07 persen), pertanian (-0,99 persen), dan aneka industri (-0,97 persen).
Adapun, sebanyak 76 saham menguat, 163 saham melemah, dan 104 saham bergerak stagnan.
Baca Juga
Bersama IHSG, beberapa indeks saham di Asia juga bergerak negatif, di antaranya indeks Nikkei 225 Jepang (-1,13 persen), Taiex Taiwan (-0,08 persen), dan S&P/ASX 200 Australia (-1,35 persen).
Di China, indeks saham acuan Shanghai Composite dan CSI 300 China pun turun 0,07 persen dan 2,60 persen masing-masing. Adapun, indeks Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,26 persen.
Sebaliknya, indeks Kospi Korea Selatan mampu naik 0,10 persen dan indeks S&P/NZX 20 New Zealand naik tipis 0,05 persen.
Tim riset Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi IHSG pada perdagangan hari ini masih berpotensi menguat di tengah pasar yang bergerak variatif.
Pada perdagangan Jumat (17/4), bursa saham di AS ditutup menguat didorong kabar mengenai potensi ditemukannya obat Covid-19 oleh Gilead dan pengumuman pemerintahan Presiden Donald Trump terkait pedoman untuk pembukaan kembali ekonomi di AS.
Di sisi lain, perkiraan akan oversupply minyak telah menekan harga minyak WTI sehingga turun tajam -8,7 persen dan menembus harga terendahnya dalam 18 tahun ke US$18,27 per barrel.
Sementara itu, ekonomi China diberitakan mengalami kontraksi -6,8 persen yoy pada kuartal I/2020. Ini merupakan penurunan pertama kalinya sejak China mulai melaporkan PDB secara kuartalan pada 1992.
Adapun di Indonesia, pekan lalu diberitakan realisasi penerimaan pajak di kuartal I/2020 masih tumbuh tipis +0,4 persen yoy menjadi Rp 279,9 triliun.
“IHSG kami perkirakan masih berpotensi menguat di tengah pasar yang bergerak bervariasi,” tulis Samuel Sekuritas dalam publikasi riset hariannya.