Bisnis.com, JAKARTA – Emiten ritel PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) atau MAP Grup baru saja merilis laporan keuangan untuk tahun buku 2019 bersamaan dengan entitas anaknya PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk. (MAPA) dan PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB).
Kinerja keuangan ketiganya sepanjang tahun 2019 juga cukup cemerlang terlihat dari kenaikan pendapatan dan laba bersih yang enerjik mencapai dobel digit.
MAP Aktif yang mengoperasikan gerai pakaian dan aksesoris untuk produk sport dan leisure menjadi entitas anak MAP Grop yang kinerjanya paling moncer dengan kenaikan laba sebesar 96,14 persen menjadi Rp693,18 miliar sepanjang tahun 2019 lalu.
MAP Boga yang mengoperasikan restoran dan kafe juga mengikuti jejak sister group-nya tersebut dengan kenaikan laba sebesar 49,72 persen menjadi Rp165,72 miliar pada tahun 2019.
Secara garis besar, perusahaan induknya, MAP mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 26,86 persen menjadi Rp933,49 miliar sepanjang tahun 2019 dengan kenaikan pendapatan sebesar 14,05 persen menjadi Rp21,58 triliun.
Meski begitu, kinerja fundamentalnya yang apik sepanjang tahun 2019 kontras dengan laju sahamnya saat ini. Pada perdagangan Kamis (16/4/2020), saham MAPI parkir di zona merah dengan penurunan sebesar 3,31 persen ke level Rp585.
Baca Juga
Sepanjang tahun berjalan, saham MAPI sendiri sudah terjun 44,55 persen.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan MAP Grup menghadapi rintangan yang kurang lebih sama dengan sektor bisnis ritel lainnya.
Pada tahun ini, tantangan yang diproyeksikan paling memukul kinerja MAP Grup adalah daya beli masyarakat yang menurun dan penutupan sementara pusat perbelanjaan dimana gerai MAP Grup mayoritas berada.
“Mereka juga harus tetap membayar biaya operasional seperti pegawai dan sewa tenant. Kalau tidak ada efisiensi maka akan berat untuk mereka jika kondisi ini terus terjadi sampai dengan akhir tahun,” ujar Reza kepada Bisnis.com, Kamis (16/4/2020).
Reza sebenarnya percaya MAP Grup masih mampu memenuhi biaya operasional dari kas maupun penjualan daringnya. Namun dengan kondisi yang tidak menentu seperti saat ini, butuh waktu bagi MAP untuk kembali mencetak pertumbuhan laba.
“Jika kondisi pandemi seperti ini diperpanjang, saya masih pesimis MAP bisa menggenjot penjualan bahkan hingga momen akhir tahun. Kalau kita lihat, orang-orang lebih cenderung menahan pembelian yang sifatnya konsumtif dan beralih ke kebutuhan dasar seperti sembako. Padahal, Burger King, Sports Station itu kan konsumtif semua,” jelas Reza.
Meski begitu, Reza masih menjagokan MAPI sebagai induk perseroan dibandingkan dengan entitas anaknya yakni MAPA dan MAPB dengan target harga Rp785.
Dihubungi terpisah, analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengungkap pergerakan saham MAPI masih berpotensi menguat apabila berhasil bertahan di atas level support-nya Rp545 hingga Rp560 dengan target penguatan ke level Rp640 hingga Rp675.
“MAPA cenderung berkonsolidasi di range Rp1.540 hingga Rp1.700. Apabila berhasil bertahan di atas Rp1.540 ada potensi kembali menguat ke Rp1.700. MAPB cenderung melemah dan tidak likuid,” tutur Hendriko.
Adapun, analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana lebih merekomendasikan saham MAPI. Secara teknikal, menurutnya, MAPI berada pada level support terdekatnya di area Rp500.
“Selama tidak menembus level tersebut maka pergerakan MAPI masih cenderung menguat. Paling dekat ke area Rp700,” pungkas Didit.