Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut.
Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun.
Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai.
“Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020).
Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan risk free untuk skala Indonesia.
Dia memperkirakan faktor yang akan meningkatkan minat investor terhadap lelang SUN akan berasal dari penanganan COVID-19. Hal itu terutama hasil pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek).
Baca Juga
“Jika ada hal positif dan mulai terlihat flatten the curve kemungkinan minat investor bisa membaik begitu pun roda perekonomian lain juga bisa lebih nyaman untuk dilakukan,” imbuhnya.
Secara terpisah, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menilai investor masih menunggu waktu yang pas untuk masuk ke pasar SUN. Menurutnya, saat ini investor asing belum banyak masuk sehingga pergerakan pasar relatif lambat.
“Biasanya asing yang relatif bisa menarik investor domestik juga,” jelasnya.
Ramadhan mengatakan investor asing masih melihat penyelesaian COVID-19. Penanganan pandemi itu menurutnya membutuhkan waktu yang masih sulit ditargetkan.
“Berbagai stimulus yang sekarang sudah diluncurkan cukup membuat pasar relatif stabil akhir-akhir ini walau belum banyak bisa mengangkat pasar,” tuturnya.
Dalam publikasinya, Selasa (14/4/2020), Syuhada Arief, Senior Portfolio Manager – Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menuliskan bahwa pemerintah menyiapkan stimulus fiskal terbesar dalam sejarah senilai Rp405 triliun.
Dari kajian yang dilakukan oleh pemerintah, mayoritas pembiayaan bersumber dari realokasi dan penghematan APBN sekitar Rp225 triliun dan sisanya Rp150 triliun melalui utang bilateral dan penerbitan obligasi.
Dia menilai pemerintah akan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak memberi tekanan lebih bagi pasar obligasi rupiah Indonesia. Untuk meminimalisasi tekanan suplai di pasar SBN rupiah, pemerintah dapat melakukan penerbitan obligasi global, membuka jalur private placement, dan memaksimalkan pinjaman bilateral atau multilateral yang ada.
Opsi penerbitan obligasi global telah dilakukan pemerintah dengan total emisi US$4,3 miliar. Permintaan yang masuk untuk surat utang itu mencapai US$9,8 miliar meski target awal Kementerian Keuangan hanya US$3 miliar.
“Apabila dalam skenario terburuk pasar tidak bisa menyerap seluruh target penerbitan obligasi, berdasarkan Perppu COVID-19, Bank Indonesia juga diberi keleluasaan untuk membeli SBN di pasar primer sebagai lender of last resort untuk membantu pemerintah dan mengurangi tekanan di pasar SBN,” tulis Syuhada.