Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai Kesepakatan OPEC+, Harga Minyak Akhirnya Melambung

Harga minyak mentah berjangka Brent naik US$1,23, atau 3,9 persen, menjadi US$32,71 per barel pada pukul 00:58 GMT setelah dibuka pada sesi tinggi US$33,99.
Tangki minyak Aramco terlihat di fasilitas produksi di ladang minyak Saudi Aramco di Shaybah, Arab Saudi, Selasa (22/5/2018)./Reuters
Tangki minyak Aramco terlihat di fasilitas produksi di ladang minyak Saudi Aramco di Shaybah, Arab Saudi, Selasa (22/5/2018)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak melonjak lebih dari US$1 per barel hari ini setelah aliansi OPEC+ menyepakati pemangkasan produksi hingga 9,7 juta barel per hari.

Namun kenaikan harga tersebut dinilai belum bisa menutup kelebihan pasokan karena penurunan permintaan akibat pendemi virus corona.

Menteri Perminyakan Kuwait mengatakan total pemotongan pasokan minyak global bisa mencapai 20 juta barel per hari, sekitar 20 persen dari pasokan global.

Sementara itu, harga minyak mentah berjangka Brent naik US$1,23, atau 3,9 persen, menjadi US$32,71 per barel pada pukul 00:58 GMT setelah dibuka pada sesi tinggi US$33,99. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat naik US$1,39, atau 6,1 persen menjadi US$24,15 per barel setelah mencapai harga tertinggi US$24,74.

Namun, kekhawatiran permintaan membatasi kenaikan harga minyak. Konsumsi bahan bakar di seluruh dunia turun sekitar 30 persen, karena pandemi virus corona telah menewaskan lebih dari 100.000 orang di seluruh dunia dan membuat bisnis dan pemerintah terkunci.

"Tingkat pemotongan produksi ini tidak material untuk harga minyak dalam waktu dekat, mengingat lubang permintaan yang dalam, kita cenderung melihat pada kuartal kedua 2020," Suvro Sarkar, analis energi regional di DBS Bank, dilansir Al Jazeera, Senin (13/4/2020).

"Namun, pemangkasan itu memberi sinyal kepada pasar bahwa para produsen bersedia untuk mengendalikan pasokan ke depan, tidak seperti situasi perang harga yang selama ini dilakukan Saudi dan Rusia," katanya.

Pemimpin tiga produsen minyak utama dunia yakni Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden AS Donald Trump dan Raja Arab Saudi Salman mendukung kesepakatan OPEC+ untuk memangkas produksi minyak mentah global.

Trump memuji kesepakatan itu dan mengatakan kebijakan itu akan menghemat pekerjaan di industri energi AS. Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab secara sukarela melakukan pemangkasan lebih besar daripada yang disepakati. Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdul Aziz Bin Salman mengatakan hal itu secara efektif akan menurunkan pasokan OPEC+ sebesar 12,5 juta barel per hari dari tingkat pasokan saat ini.

Kesepakatan itu telah ditunda sejak Kamis pekan lalu setelah Meksiko menolak pemotongan produksi yang diminta. Kelompok OPEC+ kemudian bertemu pada Minggu untuk menuntaskan perjanjian, kemudian menghasilkan penurunan produksi empat kali lebih dalam dari pengurangan rekor sebelumnya pada 2008.

OPEC+ juga mengatakan ingin produsen di luar aliansi, seperti AS, Kanada, Brasil dan Norwegia, untuk memangkas produksi 5 persen lebih atau 5 juta barel per hari.

Kanada dan Norwegia mengisyaratkan keinginan untuk memotong. AS, di mana undang-undang antimonopoli mempersulit bertindak bersama-sama dengan kartel seperti OPEC, mengatakan outputnya akan turun sebanyak 2 juta barel per hari tahun ini tanpa pemotongan yang direncanakan karena harga rendah.

"Sementara pemotongan OPEC+ tampaknya tidak tergantung pada pemotongan AS, ada risiko bahwa anggota dapat memikirkan kembali jika mereka tidak melihat produksi AS jatuh selama periode waktu," kata Sarkar.

Setelah melakukan panggilan dan konferensi video secara maraton selama sepekan, para menteri dari negara OPEC+ dan G20 akhirnya menghasilkan kesepakatan untuk mengatasi dampak pandemi COVID-19 terhadap permintaan minyak. OPEC+ akan memangkas produksi 9,7 juta barel per hari atau sedikit di bawah proposal awal 10 juta barel per hari.

"Saya sangat senang dengan kesepakatan itu,” ujar Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman dilansir melalui Bloomberg, Senin (13/4/2020).

Perjanjian itu mengakhiri bulan penuh gejolak ketika harga minyak mentah Brent jatuh ke level terendah dalam hampir dua dekade terakhir di US$20 per barel. Padahal, awal tahun ini harga masih diperdagangkan di atas US$70 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper