Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Eropa anjlok pada awal perdagangan hari ini, Rabu (1/4/2020) menyusul memburuknya data penyebaran virus corona.
Indeks Stoxx Europe 600 anjlok 3,34 persen atau 10,68 poin ke level 309,38 di awal perdagangan, setelah ditutup menguat 1,6 persen ke level 320,06 pada hari Selasa. Indeks Stoxx menutup kuartal I/2020 dengan pelemahan 23 persen, terbesar sejak kuartal III/2002.
Sementara itu, indeks DAX Jerman turun 3,3 persen, sedangkan indeks CAC 40 Prancis dan FTSE 100 Inggris meemah masing-masing sekitar 4 persen.
Saham perbankan menjadi penekan utama bursa Eropa, dipimpin oleh saham perbankan Inggris setelah mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan pembayaran dividen tahun 2020 atas perintah Bank of England.
Saham Barclays PLC turun lebih dari 5 persen, HSBC Holdings PLC jatuh 7 persen, Lloyds Banking Group PLC, dan Royal Bank of Scotland Group PLC masing-masing turun 4 persen.
Langkah BoE mengikuti permintaan serupa oleh Bank Sentral Eropa untuk lembaga pinjaman regional.
Sementara itu, IHS Markit mencatat indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) zona euro jatuh pada Maret ke level 44,5 dari 49,2 pada Februari. Angka ini merupakan yang terebdah dalam 92 bulan terakhir, tetapi tidak mengejutkan tidak jauh dari estimasi di level 44,8.
Dilansir Bloomberg, bursa Eropa melemah dan tertekan oleh memburuknya data penyebaran virus corona (Covid-19) di AS dan peringatan yang disampaikan Presiden Donald Trump.
Trump memperingatkan warga Amerika atas datangnya periode yang "menyakitkan" selama dua pekan ke depan seiring dengan meluasnya penyebaran virus corona (Covid-19) di seantero negeri.
"Kekuatan kita akan diuji, daya tahan kita akan diuji coba,” tutur Trump dalam suatu briefing harian di Gedung Putih pada Selasa (31/3/2020) waktu setempat.
Sikap Trump yang terkesan muram ini sangat kontras dengan nada optimistis yang acapkali diproyeksikannya dalam beberapa kesempatan sebelumnya.
Deborah Birx, pejabat tinggi kesehatan masyarakat yang mengoordinasikan satuan tugas virus corona Gedung Putih mengatakan sebanyak 200.000 warga Amerika diperkirakan akan meninggal dalam wabah Covid-19.
Amerika sedang berjuang untuk membendung kasus Covid-19 dan menghadapi lonjakan angka kematian di di New York City yang kini menembus 1.000 korban jiwa.
“Data ekonomi jelas mulai membaik pada Maret di China setelah data yang sangat lemah pada Januari dan Februari,” ujar Bob Parker, anggota komite investasi di Quilvest Wealth Management, kepada Bloomberg TV.
“Di AS, data tetap cukup mengkhawatirkan dan puncaknya mungkin dicapai beberapa pekan kemudian,” sambungnya.