Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Korea Selatan ditutup anjlok lebih dari 3 persen pada perdagangan hari ini, Jumat (13/3/2020), setelah sempat terguling hingga melampaui 8 persen di tengah meningkatnya kekhawatiran soal wabah penyakit virus Corona (Covid-19).
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Kospi ditutup di level 1.771,44 dengan kemerosotan 3,43 persen atau 62,89 poin, koreksi hari ketiga berturut-turut, dari level 1.834,33 pada penutupan perdagangan Kamis (12/3/2020).
Kospi bahkan sempat anjlok lebih dari 8 persen pada sesi Jumat pagi sehingga memicu ‘circuit breaker’, ambang batas di mana perdagangan dihentikan untuk penurunan dalam satu hari.
Aktivitas perdagangan di Kospi terhenti selama 20 menit sejak pukul 10.43 pagi waktu setempat sebelum kemudian berlanjut kembali. Penghentian ini adalah yang pertama kalinya dilakukan sejak 11 September 2001, ketika serangan teroris menghantam Amerika Serikat.
Dari 792 saham yang diperdagangkan pada akhir perdagangan, sebanyak 25 saham menguat, 750 saham melemah, dan 17 saham stagnan.
Saham Samsung Electronics yang berakhir melorot 1,67 persen atau 850 won di level 49.950, menjadi penekan utama atas pelemahan Kospi hari ini. Saham raksasa teknologi Korsel tersebut juga terkoreksi untuk hari ketiga setelah drop 2,50 persen ke level 50.800 pada Kamis (12/3).
Baca Juga
Sementara itu, saham TBH Global Co. Ltd. yang anjlok 25,69 persen mencatat penurunan terdalam, disusul saham Chin Yang Chemical Corp. yang turun tajam 19,82 persen.
Bersama Kospi, nilai tukar won ditutup melemah tajam 12,74 poin atau 1,06 persen ke level 1.219,41 per dolar AS, depresiasi hari ketiga.
Hingga Jumat (13/3) siang WIB, jumlah korban jiwa virus corona terus menanjak mencapai total hampir 5.000 jiwa, dengan total lebih dari 134.000 kasus di seluruh dunia, seperti dikutip dari worldometers.
Korea Selatan mencatat jumlah kasus terbanyak di dunia dengan hampir dari 8.000 kasus terkonfirmasi sejauh ini, di belakang China, Italia, dan Iran yang berada di posisi teratas daftar negara dengan jumlah kasus infeksi terbanyak.
“Tingkat kekhawatirannya sangat ekstrem sehingga mendorong pemikiran untuk menjual segalanya,” ujar Kong Dongrak, fixed income strategist di Daishin Securities, Seoul.
Menurut Seo Sang-young, ahli strategi di Kiwoom Securities, risiko kredit korporasi menjadi perhatian bagi ekonomi Korea.
Saham Doosan Heavy Industries & Construction Co. anjlok lebih dari 40 pekan ini setelah perusahaan mengumumkan akan menawarkan cuti berbayar kepada sejumlah karyawan. Hal ini memicu kekhawatiran terkait kemungkinan menghadapi masalah likuiditas.
“Level Kospi saat ini hampir serupa pada saat krisis finansial Asia tahun 1998. Jika perusahaan seperti Doosan kandas, ini akan merusak semua sentimen investasi,” tutur Seo Sang-young, dikutip dari Bloomberg.