Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham global berjatuhan seiring dengan meningkatnya obligasi pemerintah dan perpanjangan penurunan harga minyak karena membesarnya kecemasan terhadap dampak virus corona.
Pada Kamis (27/2/2020) waktu setempat, S&P500 jatuh 4,4 persen. Sentimen yang menekan ialah pernyataan Gubernur California yang memantau 8.400 orang terindikasi corona setelah melakukan perjalanan ke Asia. Indeks menurun sekitar 10 persen dibandingkan pekan sebelumnya.
MSCI All-Country World Index juga jatuh ke level terendah sejak Oktober 2019. Indeks Stoxx Europe 600 juga mengalami koreksi.
“Sekarang prospek ekonomi ke depan cenderung lesu, sehingga memngaruhi pasar saham dan obligasi,” tutur Chris Rupkey, Chief Financial Economist MUFG Union Bank, dikutip dari Bloomberg, Jumat (28/2/2020).
Menurut WHO, wabah corona berpotensi menjadi pandemic dan memasuki tahap yang sangat menentukan. Di sisi lain, Bank of America memprediksi ekonomi global akan cenderung melemah.
Goldman Sachs sebelumnya memprediksi prospek pertumbuhan laba perusahaan di AS menjadi 0, alias stagnan. Arab Saudi juga menghentikan kunjungan keagamaan, yang seharusnya menarik jutaan pendatang.
Baca Juga
Sementara itu, pada penutupan perdagangan Kamis (27/2/2020) harga minyak WTI kontrak April 2020 turun 3,37 persen atau 1,64 poin menjadi US$47,09 per barel. Kini, pada Jumat (28/2/2020) pukul 6:23 WIB, harga kembali koreksi 0,76 persen atau 0,36 poin menjadi US$46,73 per barel.
Harga minyak brent kontrak April 2020 juga ditutup melemah 2,34 persen atau 52,18 poin menjadi US$52,18 per barel. Harga menurun dalam 5 sesi beruntun.