Bisnis.com, JAKARTA – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. mengklaim memiliki potensi nilai kontrak sebesar yang dapat diraup dari proses tender pada tahun ini mencapai sekitar Rp70 triliun.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya pada awal tahun, perolehan kontrak belum banyak meningkat, karena baru masuk proses tender. Perolehan kontrak biasanya baru akan semarak pada Maret—Agustus.
“Untuk Januari meski belum ada datanya memang belum banyak, karena baru proses tender. Biasanya tender-tender besar baru akan bergulir pada Maret—Agustus, untuk nilainya secara total pada tahun ini bisa mencapai lebih Rp70 triliun,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (24/2/2020).
Dia optimistis dari berbagai proyek yang masih ditender, perseroan dapat mengantongi sedikitnya Rp65 triliun sebagai Nilai Kontrak Baru (NKB) 2020. Target ini meningkat sekitar 57,76 persen dari raihan kontrak baru sepanjang 2019 sebesar Rp41,2 triliun.
Adapun, total kontrak on hand hingga akhir tahun lalu mencapai 117,7 triliun. Dia mengatakan bahwa dari nilai kontrak ini saja, perseroan telah memiliki kontrak yang bisa memenuhi produksi hingga 2 tahun ke depan.
Meski tidak secara spesifik, dia mengatakan sejumlah proyek yang diharapkan dapat menjadi pendorong NKB pada tahun ini berasal dari sejumlah proyek infrastruktur. Di antaranya, light rail train (LRT) Fase 2, sejumlah pembangkit listrik, smelter, pelabungan, bendungan, dan gedung.
Baca Juga
“Untuk target tahun ini kami masih optimistis, target kontrak kami adalah yang terbesar di industri. Kita perlu lihat nanti di kuartal III/2019, siapa yang akan memeroleh NKB tertinggi, mudah-mudahan kami masih bisa mempertahankan kinerja yang positif,” jelasnya.
Dia menambahkan meski tender baru akan semarak setelah memasuki kuartal II/2020, perseroan telah membidik sejumlah proyek pada awal tahun ini. Dia memperkirakan total potensi nilai kontrak yang mampu didapatkan hingga Maret 2020 mencapai Rp5 triliun—Rp6 triliun.
Emiten berkode saham WIKA ini menjadi salah satu perusahaan konstruksi yang paling diunggulkan di antara perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karya lainnya. Perseroan dinilai memiliki keunggulan dari sisi rasio utang terhadap modal yang cukup rendah.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan rasio utang terhadap modal atau debt to equity ratio (DER) perseroan mencapai 0,92 kali. Di sisi lain, PT PP (Persero) Tbk. memiliki DER sebesar 1,25 kali, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. 1,71 kali, dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. 3,7 kali.
Selain itu, keunggulan lain Wijaya Karya adalah laba dan pendapatannya yang lebih stabil dibandingkan BUMN karya lain. Meski begitu, berdasarkan laporan keuangan 2019 (unaudited), perseroan mengalami penurunan pendapatan 10,87 persen secara tahunan, menjadi Rp27,77 triliun. Di sisi lain, perolehan laba perseroan naik 16,29 persen, menjadi 2,51 triliun.
“WIKA menjadi top picks kami karena labanya paling stabil di antara BUMN Karya. Dan posisi DER-nya juga dapat dikatakan lebih sehat. Kami merekomendasikan beli dengan target harga Rp2.500 per saham,” katanya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Dennies Christoper Jordan, Analis Artha Sekuritas. Dia memperkirakan WIKA akan menjadi emiten BUMN karya yang paling moncer kinerjanya pada tahun ini. Perseroan dinilai memiliki kondisi keuangan paling sehat, tercermin dari arus kas yang baik dan rasio utang rendah.