Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham tiga emiten konstruksi kompak mengalami penurunan lebih dari 5 persen pada perdagangan hari ini, Senin (24/2/2020). Kinerja perseroan yang kurang moncer dinilai menjadi salah satu penyebab investor menjauhi saham emiten konstruksi, terutama dari kalangan pelat merah.
Hari ini, harga saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk. terus merosot hingga menyamai level terendah pada akhir 2014. Saham WSKT ditutup melemah 6,52 persen ke level Rp1.075 per saham. Harga tersebut hampir menyamai level terendah saham Waskita Karya pada Desember 2014 di level Rp1.072 per saham.
Saham Waskita Karya terlihat mengalami penurunan sejak awal tahun. Dalam tahun berjalan, saham Waskita Karya telah terkoreksi 27,61 persen. Selain Waskita Karya, saham PT PP (Persero) Tbk. dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. juga mencatat penurunan lebih dari 5 persen pada hari ini.
Saham PTPP ditutup melemah 5,32 persen di level Rp1.335 sedangkan saham Adhi Karya merosot 5,85 persen ke level 855. Dalam tahun berjalan, harga saham masing-masing telah turun 15,77 persen dan 24,68 persen.
Tekanan pada kinerja perusahaan dinilai menjadi salah satu penyebab penurunan saham emiten konstruksi tersebut. Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menjelaskan penurunan harga saham emiten konstruksi tak lepas dari sorotan investor terhadap porsi utang perseroan, terutama Waskita Karya.
Total liabilitas Waskita Karya mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Dia menyebut, total liabilitas Waskita Karya telah menyentuh angka Rp108 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan posisi 4 tahun lalu sebesar Rp34 triliun.
Baca Juga
“Hal ini menyebabkan rasio utang dibandingkan modal [debt to equity ratio/DER] WSKT berada di angka 3,7 kali, angka yang cukup tinggi,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (24/2/2020).
Di antara tiga emiten konstruksi pelat merah, Waskita Karya menurut Frankie memang mendapat perhatian lebih, terutama rasio utangnya yang tinggi dibandingkan dengan emiten sejenis. Frankie menggambarkan, DER PTPP hanya 1,25 kali dan DER ADHI juga tercatat 1,71 kali.
Dalam catatan Bisnis, kinerja BUMN karya pada 2019 bisa dibilang tidak terlalu mengesankan. Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, pekan lalu, perolehan kontrak baru BUMN Karya kompak mengalami penurunan.
Realisasi kontrak baru WSKT, PTPP, dan ADHI pada 2019 masing-masing mencapai Rp26,08 triliun, Rp33,54 triliun, dan Rp14,7 triliun. Dibandingkan dengan 2018, realisasi kontrak baru tersebut masing-masing turun 4,15 persen, 22,88 persen, dan 37,71 persen.
Secara khusus, meski harga saham WSKT mengalami penurunan,saham WSKT Frankie menilai harga saham WSKT masih cukup menarik untuk dikoleksi. dengan target harga Rp1.500. Frankie menyebut, saham WSKT berpotensi rebound seiring dengan target kontrak baru yang cukup optimistis, sekitar Rp46 triliun—Rp50 triliun.
“Tentunya jika target tercapai, pendapatan WSKT juga akan meningkat, dan hal ini tentunya menjadikan WSKT menjadi emiten yang memiliki prospek menarik untuk investor. Pembayaran proyek turnkey juga akan membantu arus kas, dan kontrak baru akan meningkatkan pendapatan Waskita,” jelasnya.