Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan konstruksi milik negara PT Hutama Karya (Persero) menjadi satu-satunya BUMN konstruksi yang membukukan kinerja paling moncer dari sisi pendapatan dan laba bersih sepanjang 2019. Kinerja pendapatan dan laba bersih Hutama Karya mengungguli empat BUMN karya lainnya.
Dalam rapat dengar pendapatan di Komisi VI DPR, Senin (17/2/2020), Direktur Utama Hutama Karya, Bintang Perbowo mengatakan, perseroan meraup pendapatan sebanyak Rp27,06 triliun (tidak diaudit) sepanjang 2019 atau naik tipis 1,16 persen.
Di samping itu, Hutama Karya juga mencetak laba bersih sebanyak Rp2,7 triliun pada 2019, tumbuh 18,84 persen secara tahunan. Dengan demikian, Hutama Karya menjadi satu-satunya BUMN Karya yang mencetak pertumbuhan dari sisi pendapatan maupun laba bersih.
Empat BUMN Karya skala besar kompak mengalami penurunan pendapatan kendati dari sisi laba bersih masih bisa bertumbuh. Keempat BUMN itu adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Waskita Karya (Persero) Tbk., dan PT PP (Persero) Tbk.
Secara keseluruhan, baik aset, liabilitas dan ekuitas Hutama Karya kompak naik masing-masing Rp93,03 triliun, Rp69,29 triliun dan Rp23,74 triliun. Sementara, EBITDA perserian naik menjadi Rp4,54 triliun.
Tahun ini, Hutama Karya menargetkan pertumbuhan pendapatan perseroan berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sebesar 50,44 persen menjadi Rp40,71 triliun pada tahun 2020. Namun, perolehan laba bersih justru diperkirakan akan turun 48,2 persen menjadi Rp1,4 triliun seiring kenaikan beban keuangan.
Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Muhamamd Fauzan mengatakan tahun ini perseroan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure sebanyak Rp31,93 triliun. Sebagian besar belanja modal akan digunakan untuk pembangunan jalan tol Trans Sumatra.
Fauzan mengatakan, proyek jalan tol Trans Sumatra merupakan prioritas dengan alokasi belanja modal 75,71 persen. Dengan kata lain, belanja modal untuk proyek jalan tol Trans Sumatra mencapai Rp24,17 triliun.
“Berdasarkan alokasi belanja modal, kami akan melakukan strategi pendanaan melalui beberapa instrumen, di antaranya pinjaman bank dan obligasi dengan nilai mencapai Rp30,73 triliun,” jelas Fauzan.
Secara khusus, Hutama Karya juga akan mendapat tambaha modal dari penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp3,5 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk penyelesaian ruas-ruas prioritas, antara lain Pekanbaru–Dumai dan ruas Terbanggi Besar – Pematang Panggang – Kayu Agung.
Berikut perbandingan kinerja lima BUMN karya dalam paparan di Komisi VI DPR, Senin (17/2/2020).
Kinerja Pendapatan Lima BUMN Karya 2019 (Tidak Diaudit) | |||
(dalam Rp Triliun) | 2018 | 2019 | Perubahan |
Wijaya Karya | 31.16 | 27.77 | -10.88 |
Adhi Karya | 15.66 | 15.3 | -2.30 |
PT PP | 25.11 | 24.66 | -1.79 |
Waskita Karya | 48.79 | NA | NA |
Hutama Karya | 26.74 | 27.05 | 1.16 |
Kinerja Laba Bersih Lima BUMN Karya 2019 (Tidak diaudit) | |||
(dalam Rp Triliun) | 2018 | 2019 | Perubahan |
Wijaya Karya | 2.07 | 2.51 | 21.26 |
Adhi Karya | 0.64 | 0.7 | 9.37 |
PT PP | 1.95 | 1.2 | -38.46 |
Waskita Karya | 4.62 | NA | NA |
Hutama Karya | 2.27 | 2.7 | 18.94 |
Sumber : Laporan presentasi masing-masing BUMN Karya, diolah. *Pendapatan dan laba bersih Waskita Karya tahun 2019 belum tercantum dalam presentasi karena masih dilakukan proses audit.