Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah analis sepakat kondisi pasar yang tengah lesu seperti saat ini merupakan momentum yang pas bagi emiten untuk melakukan aksi pembelian kembali atau buyback saham.
Analis FAC Sekuritas, Wisnu Prambudi Wibowo menilai momentum pembelian kembali saham cukup tepat, mengingat sudah banyak harga saham yang undervalue. Padahal, secara kinerja perseroan masih terbilang baik.
“Manfaatnya; untuk mencegah penurunan harga yang terlalu dalam, menaikkan rasio keuangan semisal earning per share (EPS) dan menyiapkan cadangan modal, karena saham yang di-buyback menjadi saham treasury,” ujar Wisnu.
Senada dengan Wisnu, analis Sucor Sekuritas, Hendriko Gani menjelaskan emiten yang sedang dalam proses buyback, penurunan harga sahamnya lebih terbatas karena pembelian dilakukan dalam jumlah besar sehingga secara tidak langsung akan menjaga stabilitas harga.
Hendriko pun menilai kondisi pasar saat ini tidak seburuk tahun 2015, sehingga baik OJK atau BEI tidak perlu menetapkan aturan buyback tanpa RUPS.
“Kalau lebih baik menurut saya tetap melalui RUPS, karena keperluan buyback saham tentu akan mempengaruhi floating share di pasar dan otomatis kepemilikan saham pemegang saham juga,” ungkap Hendriko.
Baca Juga
Senior Vice President Research Kanaka Hita Solvera, Janson Nasrial bahkan merekomendasi beberapa emiten yang memang memiliki valuasi yang cukup murah saat ini seperti NISP, PPRO dan ARNA yang dijadwalkan akan melakukan aksi buyback dalam waktu dekat.
“Khususnya ARNA, kinerja keuangannya sepanjang 9 bulan pertama earnings growth-nya tumbuh low double digit, kisaran 10 sampai 12 persen sementara price earning ratio ARNA juga sudah murah, sekitar 13.5 kali,” imbuh Janson.
Sehingga, simpul Janson, sepanjang dana emiten tersedia cukup besar, keputusan untuk membeli saham kembali sangat dianjurkan sepanjang manajemen yakin dengan kinerja perseroan untuk beberapa tahun ke depan.