Bisnis.com, JAKARTA – PT Kresna Sekuritas menilai aksi beli kembali alias buyback saham yang dilakukan para emiten bisa menjadi momentum positif bagi pemegang saham publik.
Analis Kresna Sekuritas Robertus Hardy mengatakan aksi pembelian kembali saham dapat menguntungkan bagi investor publik karena menjadi sinyal bahwa emiten memiliki kinerja yang apik. Di samping itu, aksi buyback saham oleh emiten juga menandakan prospek emiten yang menjanjikan.
“Aksi buyback saham melambangkan emiten tersebut benar memiliki kas yang memadai dan meyakini kinerja bisnis yang dikelolanya sendiri masih akan berprospek positif ke depannya,” ujarnya kepada Bisnis pada Senin (24/2).
Menurut Robertus, aksi buyback yang dilakukan emiten dinilai berpotensi mengerek harga saham. Dia menambahkan aksi semacam ini bisa membuat pasar modal kembali atraktif. Oleh sebab itu, dia berharap otoritas pasar modal dapat melonggarkan aturan pembelian kembali saham seperti pada 2015.
Saat itu, otoritas memberikan pelonggaran berupa pembelian saham kembali tanpa perlu rapat umum pemegang saham. Robertus menyebut, relaksasi seperti itu akan mengembalikan kepercayaan diri investor.
“Aturan buyback saham tanpa RUPS memang perlu didukung oleh OJK dan BEI karena banyak perusahaan yang masih memiliki kinerja fundamental yang baik namun harga sahamnya terimbas turun karena adanya krisis kepercayaan ditambah kondisi global yang memburuk akibat meluasnya infeksi virus,” jelas Robertus.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Bisnis, setidaknya ada sembilan emiten yang siap maupun sedang melakukan buyback maupun yang sedang melakukan buyback. Di antaranya adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG). Perusahaan menara telekomunikasi itu menyiapkan dana Rp2 triliun untuk buyback dan telah merealisasikan pembelian kembali 809,29 juta saham senilai Rp569,73 miliar.
Pada periode 1 Januari 2020 sampai dengan 10 Februari 2020, TOWR telah membeli 275 juta saham dengan harga rata-rata pembelian Rp871,82. Hal ini membuat saham perseroan selama tahun berjalan telah terkerek naik 7,45 persen dari posisi Rp770 per saham pada awal tahun.