Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Barata Indonesia Minta Pemerintah Atur Substitusi Impor Komponen

Diharapkan investasi asing yang masuk ke dalam negeri tidak dalam bentuk paket secara utuh, agar memberi kesempatan kepada industri manufaktur nasional ikut berkembang.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – PT Barata Indonesia (Persero) berharap pemerintah menerapkan aturan lebih ketat mengenai substitusi impor untuk komponen produk alat berat demi menyehatkan industri manufaktur domestik.

Diharapkan investasi asing yang masuk ke dalam negeri tidak dalam bentuk paket secara utuh, agar memberi kesempatan kepada industri manufaktur nasional ikut berkembang.

Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) Fajar Harry Sampurno mengatakan bahwa selama 20 tahun terakhir kondisi pertumbuhan ekonomi stagnan dan peran sektor industri manufaktur terus menurun.

“Tidak hanya di Barata, tapi di industri manufaktur secara keseluruhan,” ujar pria yang disapa Harry ini dalam acara Ngopi BUMN yang diadakan di Kementerian BUMN, Jumat (21/2/2020).

Dia menyebut ada dua indikasi utama yang menyebabkan hal ini. Pertama, skema investasi manufaktur yang dilakukan sejak 2000-an kerap berbentuk paket sehingga tidak ada kesempatan untuk perusahaan lokal.

Contohnya, jelas Harry, saat melakukan produksi suatu barang, alat-alat, mesin, dan segala suku cadangnya didatangkan seluruhnya dari luar negeri. Padahal, menurut Harry, perusahaan manufaktur dalam negeri juga mampu menyediakannya.

Indikasi lain, tambahnya, belum ada kesadaran mengenai pentingnya produksi dalam negeri. Apalagi untuk barang-barang manufaktur yang tidak terlihat langsung.

“Macam turbin, bogie (chasis kereta), itu kan gak terlihat. Orang nggak sadar kalau itu dibikin di Indonesia maka akan terjadi lapangan kerja,” ujarnya.

Maka dari itu, dia meminta keberpihakan pemerintah kepada industri manufaktur nasional. Salah satunya dengan memberlakukan skema Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) agar dapat memberikan celah bagi pelaku lokal.

Dengan adanya TKDN, kata Harry, produksi dalam negeri akan meningkat karena mau tidak mau harus ada komponen-komponen yang tadinya diimpor kini harus dibuat di dalam negeri demi memenuhi standar minimal TKDN.

Harry mengharapkan hal tersebut nantinya juga dapat memperluas serapan produk dari perusahaan manufaktur lokal di pasar dalam negeri karena menurutnya selama ini produk mereka lebih banyak diekspor.

“Saat ini [contohnya] untuk produk bogie kami (chasis kereta) 80 persen ekspor, cuma 20 persen di dalam negeri. Untuk turbin malah 90 persen, jadi hanya 10 persen saja yang diserap di sini,” tuturnya.

Saat ini PT Barata Indonesia sendiri memproduksi komponen kereta api yakni bogie atau chasis kereta serta komponen power plant berupa low pressure turbine dan gas turbine.

Barata juga mengekspor produknya ke belasan negara seperti Taiwan, Sudan, UEA, Arab Saudi, Korea, China, Filipina, Australia, Amerika Serikat, Meksiko, dan negara-negara Eropa.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper