Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Target Pertumbuhan BUMN Tergantung Rencana Konkret Erick

Direktur Eksekutif CORE Piter Abdullah mengatakan bahwa realistis atau tidaknya target itu akan bergantung pada rencana pengembangan bisnis BUMN di bawah Menteri BUMN Erick Thohir.
Menteri BUMN Erick Thohir (tengah) didampingi Wakil Menteri I Budi Gunadi Sadikin (kiri) dan Wakil Menteri II Kartika Wirjoatmodjo (kanan) mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (20/2/2020)./ ANTARA - Rivan Awal Lingga
Menteri BUMN Erick Thohir (tengah) didampingi Wakil Menteri I Budi Gunadi Sadikin (kiri) dan Wakil Menteri II Kartika Wirjoatmodjo (kanan) mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (20/2/2020)./ ANTARA - Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana konkret Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai akan menjadi kunci dalam mencapai target pertumbuhan laba bersih dan kontribusi kepada negara sebesar 50% pada 2024.

Direktur Eksekutif CORE Piter Abdullah mengatakan bahwa realistis atau tidaknya target itu akan bergantung pada rencana pengembangan bisnis BUMN di bawah Menteri BUMN Erick Thohir. Namun, menurutnya hingga saat ini dia tidak melihat adanya strategi berbeda yang diusung menteri baru itu.

“Saya belum melihat suatu hal yang berbeda antara Pak Erick dan Ibu Rini. Saya belum melihat bedanya, kalau dramanya beda memang. Pak erick belum menyampaikan rencana gamblang, kalau menurut saya justru Rini strateginya jelas, dia mau holding, dia paksa BUMN untuk sinergi, dia paksa BUMN untuk mementingkan bangsa negara,” katanya kepada Bisnis, Kamis (20/2/2020).

Meski begitu, dia tidak mau buru-buru menghakimi bahwa kepemimpinan Erick tidak lebih baik dari Menteri BUMN sebelumnya, Rini Soemarno. Menurutnya, dia masih menunggu rancangan program lengkap yang diusung Erick.

“Target tersebut dalam 5 tahun sangat realistis, ukuran realistis itu bukan dilihat dari angkanya, tapi pada upaya melakukannya, harus kita lihat untuk naik dua kali lipat selama 5 tahun ke depan in dari apa yang akan dilakukan oleh kementerian BUMN,” ujarnya.

Adapun, terkait peningkatan rasio pembagian dividen sejumlah emiten perbankan jumbo BUMN, dia meyakini hal itu tidak akan mengganggu rencana bisnis perusahaan tersebut. Dia meyakini peningkatan dividen itu telah memperhitungkan kebutuhan masing-masing perseroan.

Di sisi lain, keputusan memperbesar dividen tersebut juga dinilai dapat menjadi sentimen positif bagi pasar modal. Hal ini diharapkan dapat menjadi upaya untuk mempertahankan investor untuk tetap menanamkan kapitalnya di saham emiten-emiten tersebut.

“BRI dan Mandiri tingkat keuntungan mereka cukup tinggi. Yang tersisa dari pembagian dividen itu masih tetap cukup untuk mereka melakukan banyak hal. Saya kira disisi lain juga bagus juga supaya mempertahankan daya tarik dari pasar modal kita,” katanya.

Sementara itu, Menteri BUMN Erick Thohir menargetkan laba bersih BUMN akan meningkat hingga sekitar Rp300 triliun pada 2024. Target itu meningkat lebih hampir dua kali lipat dari nilai laba bersih BUMN pada 2019, sekitar Rp180 triliun.

Meski begitu, dia mengatakan bahwa Kementerian BUMN juga menyadari akan adanya sejumlah tantangan dalam mencapai target itu. Era disrupsi menurutnya bakal membuat beberapa model bisnis BUMN harus berubah.

Selain itu, Erick mengatakan bahwa target kontribusi kepada negara juga akan tumbuh hampir 50% dalam 5 tahun mendatang. Saat ini, kontribusi negara dari dividen, pajak, royalti, dan lain-lain mencapai sekitar Rp400 triliun.

“Kontribusi kepada negara, dividen, pajak, royalti dan lain-lain yang sekarang itu Rp400-an triliun kami akan tingkatkan ke Rp700 triliun lebih, ini adalah ujung yang kami ingin capai, apalagi dengan dukungan daripada anggota dewan dan kementerian lain, karena tidak mungkin kami lakukan ini tanpa kerja sama yang baik,” jelasnya.

Erick mengatakan turunan dari peta jalan atau roadmap yang disiapkan Kementerian BUMN saat ini belum rampung sepenuhnya, atau baru 75%. Pihaknya masih berfokus pada penyelesaian beberapa masalah lain yang lebih mendesak, seperti persoalan Jiwasraya.

“Turunannya dari roadmap itu sudah hampir jadi 75%, tapi kita tidak mau menampilkan sesuatu yang belum tuntas, Insyaallah bulan Maret, setelah kita selesaikan step untuk Jiwasraya, kami bisa masuk ke roadmap kembali,” ujarnya.

Sementara itu, Anggota Komisi VI DPR RI Darmadi Durianto mengatakan target pertumbuhan laba 50% dalam lima tahun tidak akan mudah untuk diwujudkan. Menurutnya, pemerintah perlu menentukan target lain selain pertumbuhan laba sebagai penyeimbang.

“Jangan di financial matrix performance saja, pertumbuhan 50% juga cukup berat dengan kondisi saat ini, jangan hanya ada itu, tapi matriks lainnya juga harus ada, contohnya di Kementerian BUMN sebelumnya ada ada service level agreement,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper