Bisnis.com, JAKARTA – Samuel Sekuritas memerkirakan aksi penggalangan dana yang bakal digelar oleh beberapa emiten melalui right issue bakal berjalan mulus, khususnya TPIA.
Berdasarkan catatan Bisnis, emiten yang bakal menggelar right issue pada 2020 adalah PT Cita Mineral Investindo Tbk. (CITA) sebesar Rp1,3 triliun. Lalu ada PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) minimal Rp60 triliun dan PT Phapros Tbk. (PEHA) Rp1,1 triliun.
Head of Research Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan aksi penggalangan dana oleh TPIA menjadi yang terbesar di Indonesia. Sementara untuk PEHA, lanjutnya, aksi tersebut adalah lanjutan dari tahun lalu yang sempat tertunda.
“TPIA sangat besar dan PEHA memang sudah berencana dari akhir tahun lalu namun tertunda. Semua ini [jumlahnya besar] musti melihat permintaan pasar cukup kuat atau tidak. Selain itu, mereka juga harus mempertimbangkan harga sahamnya saat ini,” katanya kepada Bisnis pada Minggu (9/2/2020).
Adapun pada Jumat (7/2/2020), CITA ditutup menguat 70 poin atau 3,63 persen ke level Rp2.000, TPIA naik 75 poin atau 0,86 persen ke level Rp8.800. Begitu pun dengan PEHA yang naik 5 poin atau 0,52 persen ke level Rp975.
Meski demikian, Suria melihat TPIA yang paling memungkinkan untuk merealisasikan aksi tersebut pada tahun ini. Di satu sisi, lanjutnya, kebutuhan dana TPIA memang paling besar bahkan yang terbesar selama sejarah pasar modal Indonesia.
Baca Juga
Di sisi lain, bisnis petrokimia yang dilakoni oleh perseroan terbilang menarik dan masih sangat menjanjikan dalam waktu panjang. “Bisnis TPIA masih dibutuhkan dan dapat dibilang tidak ada pesaingnya. Kalau bisa sebesar itu sangat hebat,” katanya.
Selain ketiga emiten itu, ada pula beberapa emiten lain yang tengah mengincar dana segar melalui private placement. Salah satunya adalah PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk. (GMFI) yang berencana untuk melepas sebesar 20 persen saham.
Namun, Suria menilai aksi itu akan sulit direalisasikan. Pasalnya harga saham perseroan kurang menarik di level Rp110 per saham dengan saham yang beredar sebanyak 28,23 miliar.
“GMFI kemungkinan agak sulit karena harganya terlalu rendah saat ini,” ungkapnya. Anak usaha BUMN itu untuk memperkuat struktur modal dan ekuitas. Selain itu, posisi kas perseroan juga akan meningkat dan dapat digunakan untuk pendanaan usaha.