Bisnis.com, JAKARTA –Sentimen global yang menunjukkan tren positif membuat sejumlah lembaga sekuritas mengkaji ulang proyeksi nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2020.
Ada yang tetap memertahankan, ada pula yang memilih melakukan revisi, mesipun tahun berjalan belum seumur jagung.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (6/2/2020), pergerakan IHSG ditutup di level 5.987,14 dengan kenaikan 0,14 persen atau 8,63 poin dari level sebelumnya. Namun, sepanjang tahun berjalan indeks menurun 4,96 persen.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan pihaknya memperkirakan kinerja IHSG pada 2020 berada di kisaran 6.550.
Menurutnya, perkiraan tersebut masih mampu tercapai karena sentimen-sentimen negatif yang menimbulkan ketidakpastian secara global saat ini semakin mereda.
Ia mencontohkan, perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang menjadi faktor utama ketidakpastian global sepanjang 2019 lalu kini sudah sedikit ‘sejuk’. Hal tersebut dilihat dari adanya perundingan perjanjian dagang antara kedua pihak.
Baca Juga
“Selain itu, negosiasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa juga telah rampung beberapa waktu lalu. Tambahan sentimen baik ini secara perlahan menggerus kepanikan investor,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (6/2/2020).
Hal tersebut juga ditambah dengan kabar baik terkait wabah Virus Corona di China. Munculnya rencana pengobatan wabah ini menunjukkan upaya pemerintah China untuk menyelesaikan masalah ini secepat dan seefektif mungkin. Hal tersebut diyakini akan meningkatkan keyakinan investor untuk kembali turun ke lantai bursa.
Ia melanjutkan, untuk mencapai peningkatan IHSG sesuai target, pemangku kepentingan di pasar saham perlu menyelesaikan sejumlah permasalahan yang menimbulkan sentimen negatif di bursa. Saat ini, kepercayaan investor terhadap pasar saham di Indonesia belum pulih sepenuhnya .
Pengaruh sentimen tersebut sudah terlihat sejak bulan Januari lalu. IHSG dinilai tertinggal dari indeks saham di negara lain yang berlomba-lomba mencetak rekor transaksi awal tahun.
“Saat (indeks saham) lain terkoreksi karena Virus Corona, IHSG juga semakin melempem. Ini mempengaruhi kepercayaan investor untuk masuk ke Indonesia,” jelasnya.
Sementara itu, Head of Research MNC Sekuritas Thendra Crisnanda juga menyebutkan hingga saat ini pihaknya tidak akan mengubah proyeksi nilai IHSG pada 2020.
"Kami masih pada perkiraan sebelumnya, yaitu 6.654 hingga 6.845," ujarnya.
Menurutnya, optimisme ini didukung oleh sejumlah hal, salah satunya adalah tingkat inflasi yang terjaga sejauh ini. Hal tersebut juga ditopang oleh nilai tukar Rupiah yang kuat dan stabil.
Selain itu, cadangan devisa Indonesia juga meningkat pada level US$129,18 miliar hingga akhir Januari lalu. Jumlah ini, lanjutnya, setara dengan 7,6 kali pembiayaan impor.
Faktor lain adalah kebijakan omnibus law yang mencantumkan penurunan bertahap pajak korporasi. Pada aturan tersebut, pajak korporasi akan dikurangi secara bertahap dari tarif awal 25 persen ke 22 persen dan kemudian 20 persen.
"Kebijakan ini berpotensi menambah penghasilan korporasi yang akan berpengaruh positif pada kinerja saham," ujarnya.
REVISI TARGET
Sementara itu, sejumlah perusahaan efek memangkas target IHSG pada 2020 karena menganggap sentimen negatif masih membayangi.
PT Panin Asset Management misalnya, mengubah proyeksi IHSG pada 2020 dari sebelumnya pada kisaran 7.300 – 7.500 menjadi 7.100 – 7.300. Namun, target baru tersebut masih mencerminkan level yang optimistis.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan kondisi wabah Virus Corona menjadi faktor utama pihaknya merevisi proyeksi IHSG pada 2020. Menurutnya, wabah ini turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi China dan negara-negara lain.
“Angka pertumbuhan ekonomi China dan beberapa negara lain juga telah diubah menjadi lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya,” katanya.
Ia melanjutkan, hingga saat ini, meskipun pasar telah mengalami rebound, solusi dari penyelesaian masalah ini belum terlalu menunjukkan titik terang.
Sebagai salah satu kekuatan ekonomi negara utama di dunia, pelemahan ekonomi Negeri Panda akan berpengaruh signifikan pada Indonesia. Hal ini terutama akan memukul harga komoditas, industri pariwisata, serta aktivitas ekspor-impor Indonesia.
Pukulan tersebut, lanjutnya, akan berdampak pada tingkat pertumbuhan laba bersih yang lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya.
Perubahan proyeksi juga dilakukan oleh Artha Sekuritas yang menurunkan proyeksi IHSG dari 6.700 menjadi 6.480.
Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali mengatakan perubahan ini didasarkan pada kondisi ekonomi kuartal I/2020 yang diperkirakan cukup melambat.
Hal tersebut juga terlihat dari data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV/2019. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal tersebut melambat menjadi 4,97 persen.
"Angka tersebut dibawah ekspektasi dan batas psikologis yaitu 5 persen. Selain itu, pergerakan inflasi Indonesia saat ini juga belum melaju seperti yang diharapkan," ujarnya.