Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memastikan pembentukan Holding Rumah Sakit rampung pada akhir paruh pertama tahun ini.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pihaknya memiliki program untuk menggabungkan rumah sakit yang berada di bawah badan usaha milik negara (BUMN). Hal ini bertujuan agar perusahaan pelat merah fokus pada bisnis intinya masing-masing.
“Ngapain perusahaan-perusahaan [nonkesehatan], punya bisnis rumah sakit? Yang ada service-nya tidak baik. Holding, Insyaallah Juni jadi,” ujarnya di Jakarta, Selasa (28/1).
Menurutnya, dengan membentuk Holding Rumah Sakit, kesempatan untuk memiliki strategic partner dari Jepang terbuka. Negari Matahari Terbit ini membutuhkan sekitar 350.000 suster. Dengan kerja sama ini, pihak Jepang dapat menyediakan sekolah pelatihan untuk para suster yang berada di bawah holding.
“Diberi pelatihan dari awal, seperti bahasa dan budaya Jepang. Dengan demikian, ketika bermitra dengan Jepang, kita punya akses 350.000 suster dan mereka tidak ambil dari Filipina,” jelas Erick.
Selain itu, dengan pembentukan holding, Indonesia bakal memiliki kapasitas tempat tidur hingga 6.500 unit. Jumlah ini diklaim sebagai kapasitas terbesar di Indonesia. “Kami sudah tanda tangan dengan BUMN-BUMN yang punya rumah sakit. Nanti akan menjadi satu dan dikelola oleh manajemen yang ahli di bidang pelayanan rumah sakit,” ujarnya.
Baca Juga
Dia pun menambahkan apabila rumah sakit yang berada di bawah perusahaan pelat merah seperti PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. bergabung dengan holding, maka akan meringankan beban perseroan yang saat ini sedang fokus dalam transformasi bisnis dan restrukturisasi utang.
“Lebih baik Krakatau Steel suntik [dana] untuk core business agar lebih baik. [Usaha] yang bukan core business diberikan ke tim yang lebih baik,” ujarnya.
Pemetaan Anak Usaha
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menambahkan bahwa dalam upaya penyehatan perusahaan, pihaknya akan memetakan anak-anak usahanya. Salah satunya yang masuk ke kategori tidak berhubungan dengan bisnis utama, tetapi menguntungkan, seperti rumah sakit.
“Kami konsolidasikan bersama rumah sakit di bawah BUMN lainnya, ini yang sudah menjadi inisiatif awal. Nanti kelanjutannya ada [konsolidasi] hotel dan lainnya, kami ikut saja arahan dari Kementerian BUMN.”
Berdasarkan informasi di situs Kementerian BUMN, emiten dengan kode saham KRAS tersebut memiliki anak usaha yang bergerak di sektor rumah sakit, yaitu PT Krakatau Medika yang berdiri pada 28 Februari 1996.
Pendapatan Total Bisa Rp 5 Triliun
Sebelumnya, Erick menuturkan bahwa pendapatan rumah sakit yang berada di bawah BUMN jika digabungkan mencapai Rp5 triliun. Hal ini menandakan potensi yang besar di bidang kesehatan.
Erick juga menyayangkan masih banyak masyarakat yang kurang percaya dengan layanan rumah sakit di Indonesia dan memilih berobat keluar negeri. “Enggak perlu BUMN seperti Pelni, Pertamina, dan Pelindo punya bisnis RS,” tegasnya.
Adapun, PT Pelindo II (Persero) mendukung rencana Kementerian BUMN untuk membentuk Holding Rumah Sakit. Direktur Utama Pelindo II Elvyn G. Masassya mengatakan rumah sakit yang berada di bawah perseroan, RS Pelabuhan, termasuk yang akan menjadi bagian holding rumah sakit BUMN.
“Kami mendukung rencana tersebut. Saat ini, dalam proses teknis untuk melaksanakan holding rumah sakit,” ujarnya saat dihubungi Selasa (28/1/).
Berdampak Positif ke Korporasi
Menurut Elvyn, rencana ini cukup baik karena dapat mendorong BUMN yang memiliki rumah sakit bisa lebih fokus pada bidang masing-masing. Dia berpendapat melalui holding, rumah sakit yang berada di bawah beberapa BUMN bisa dikelola lebih baik.
“Diharapkan juga ada standarisasi pelayanan semua rumah sakit, jangkauan yang lebih luas, dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat pengguna rumah sakit,” katanya.
Berdasarkan catatan Bisnis, mantan Menteri BUMN Rini Soemarno sebelumnya telah meresmikan pembentukan Holding Rumah Sakit BUMN yang menggabungkan pengelolaan 70 rumah sakit milik perusahaan negara.
Peresmian pembentukan Holding RS BUMN atau Indonesia Healtcare Corporation (IHC) dilakukan di Kantor Pusat PT Pertamina, pada Maret 2017.
Penantang Baru Grup RS Swasta
Di sisi lain, Vice President Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih mengatakan ide penggabungan entitas usaha rumah sakit milik BUMN cukup menarik. Pasalnya, holding baru itu dapat menjadi penantang bagi emiten-emiten rumah sakit yang sudah matang.
Misalnya, PT Medikaloka Hermina Tbk [HEAL] dan PT Siloam Internasional Hospitals Tbk. (SILO). “Namun gabungan ini kemungkinan masih akan ada kendala, seperti umumnya kendala penggabungan perusahaan lain. Yaitu masalah budaya perusahaan,” katanya kepada Bisnis.
Harry Su, Kepala Pasar Modal di Samuel International mengatakan setiap RS memiliki pangsa pasar masing-masing. Menurutnya perlu melihat masing-masing pertumbuhan portofolio untuk bisa mendorong mereka melantai di bursa saham.
Head of Business Development Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya mengatakan penggabungan RS milik BUMN bisa mendorong pemasukan bagi pemegang saham. “Mereka akan berusaha terus meningkatkan market share di industri ini supaya menjadi market leader. End goal-nya pasti untuk memperbaiki profitabilitas daripada sebelumnya yang tidak fokus, karena induk perusahaan bukan dari sektor rumah sakit,” ungkapnya.
Bernadus mengatakan holding itu nantinya perlu membuat suatu standar khusus agar pelayanan sama rata. Maka itu perlu ada perbaikan manajemen.
Pengamat BUMN Toto Pranoto mengatakan holding itu akan memiliki pangsa pasar yang besar. Menurutnya, unit bisnis baru itu perlu peningkatan kualitas layanan dan produk, meningkatkan kualitas tenaga medis dan optimalisasi pangsa pasar untuk bersaing dengan RS Swasta.