Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan PT Sampoerna Agro Tbk. berencana menerbitkan obligasi dan sukuk ijarah senilai Rp600 miliar untuk melunasi utang perbankan. Restrukturisasi utang tersebut dinilai bakal memperkuat kapasitas keuangan perseroan.
Chief Finance Officer Sampoerna Agro Heri Harjanto mengatakan perseroan membidik perolehan dana segar dari penerbitan obligasi sebesar Rp300 miliar dan dari sukuk ijarah Rp300 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk melunasi pinjaman dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. yang akan jatuh tempo pada 2020 s.d 2024.
“Kami perlu restrukturisasi dengan obligasi karena kewajiban pembayaran per 3 bulan sedangkan bank terus mencicil. Bisnis kami sifatnya maraton jadi perlu penguatan,” jelasnya menjawab pertanyaan Bisnis di Jakarta, Selasa (28/1/2020).
Heri berharap, tingkat kupon yang didapat dari rencana penerbitan obligasi dan sukuk ijarah bisa lebih rendah dibandingkan dengan tingkat bunga yang dikenakan perbankan. Harapan itu muncul karena tingkat kupon di awal tahun akan mengikuti tren penurunan bunga acuan Bank Indonesia yang terjadi sejak 2019.
Berdasarkan laporan keuangan SGRO per September 2019, perseroan memiliki utang jangka panjang kepada BRI senilai Rp530 miliar. Tingkat bunga yang diberikan kepada SGRO mencapai 10,75 persen s.d 11,5 persen.
Head of Investor Relations Sampoerna Agro Michael Kesuma menambahkan penerbitan efek bakal meningkatkan likuiditas perseroan. “Tahun lalu harga minyak sawit rendah membuat industri jadi menantang. Sekarang harga sudah berangsur membaik dan kami perlu pendanaan. Maka itu kami terbitkan sekarang,” ujarnya.
Selain itu, SGRO juga ingin mengulur kewajiban utang dengan tingkat bunga yang lebih rendah sehingga arus kas perseroan menjadi lebih solid. Michael menambahkan sekitar Rp88,45 miliar dana hasil penerbitan obligasi juga akan digunakan untuk modal kerja pada tahun ini. “Mudah-mudahan peminat emisi efek ini banyak,” pungkasnya.