Bisnis.com, JAKARTA—PT Kresna Graha Investama Tbk. (KREN) menggandeng perusahaan investasi asal China Black Panther Capital untuk membenamkan investasi kepada unikorn teknologi di China sekaligus membantu menciptakan unikorn baru di Indonesia.
Founder dan CEO Kresna Graha Investama Michael Steven menjelaskan kedua belah pihak sepakat membuat perusahaan patungan (joint venture) yang akan direalisasikan selama 3 bulan—6 bulan ke depan.
Selain itu, JV ini juga bisa direalisikan ke dalam anak-anak perusahaan KREN lainnya seperti PT M Cash Integrasi Tbk. (MCAS) dan PT Digital Mediatama Maxima Tbk. (DMMX). Hasil perusahaan patungan ini juga diharapkan bisa ikut melantai di bursa dalam dua tahun mendatang.
“Kami jelas akan sama-sama 50%:50% dalam JV. Mereka juga melihat Perusahaan teknologi di Indonesia harga valuasi sahamnya masih terlalu murah sehingga diharapkan bisa mendorong pertumbuhan yang lebih baik lagi,” katanya Rabu (22/1/2020).
Selama ini Black Panther telah berinvestasi pada unicorn teknologi di China seperti Tic Toc, Tencent, Pintoto dan masih banyak lainnya. Dengan demkian, menurut Michael nilai investasi yang dibenamkan tentu akan cukup besar dari sisi nominalnya.
Sementara itu, Founder & CEO Black Panther Capital Alice Zhang, menyampaikan langkah ini juga diharapkan bisa membuat pasar global mengapresiasi Indonesia.
Pasalnya hingga kini dari sisi besaran capital market di China jauh lebih besar dibandingkan dengan di Indonesia. Tiongkok memiliki sekitar 200 juta investor ritel, sedangkan Indonesia sekitar 2 juta investor.
Indonesia, sebut dia juga telah memiliki unicorn sepert Gojek dan Tokopedia yang dapat dikembangkan menjadi lebih besar dengan strategi yang tepat.
“Kami ingin berinvestasi secepatnya tak peduli pada perusahaan publik atau bukan. Karena sebetulnya kapitalisasi pasar perusahaan publik di Indonesia juga lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak listing di China. Setelah berinvestasi danmengembangkannya kami juga ingin melihat perusahaan tersesbut bisa IPO,” jelasnya.
Alice telah mengantongi setidaknya lebih dari 10 perusahaan untuk membenamkan investasinya di sana. Bentuk investasi yang ditawarkan bervariasi tidak harus berasal dari modal perseorangan, tetapi juga bisa dari perusahaan terbuka yang listing china.
Menurut Alice, banyak investor China yang tertarik untuk membawa para ahli teknologi serta menanamkan modalnya di Indonesia. Dalam beberapa bulan ke depan, pihaknya juga akan membawa 20 hingga 30 pemilik modal yang sudah berinvestasi ataupun yang tertarik berinvestasi
“Mungkin nanti saat saya ke sini lagi saya bisa lebih detailkan,” imbuhnya.