Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah kompak melemah akibat terseret tekanan yang dialami pasar finansial global.
Pelaku pasar keuangan ramai-ramai menjauhi aset berisiko pada perdagangan di Asia, di tengah kekhawatiran tentang wabah virus asal China dan kekacauan politik yang berkepanjangan di Hong Kong.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Selasa (21/1/2020):
IHSG Terseret Kekhawatiran Global, TLKM & BMRI Batasi Koreksi
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi 0,11 persen atau 6,89 poin di level 6.238,15.
Enam dari sembilan sektor berakhir di wilayah negatif, dipimpin pertanian (-1,98 persen) dan properti (-1,17 persen). Tiga sektor lainnya mampu menguat, dipimpin infrastruktur (+1,04 persen).
Adapun dari 675 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 144 saham menguat, 257 saham melemah, dan 274 saham stagnan.
Saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) yang masing-masing turun 3,09 persen dan 1,37 persen menjadi penekan utama IHSG.
Wabah Virus China 'Bombardir' Pasar Keuangan Asia, Ini Kata Analis
Kabar bertambahnya korban jiwa akibat virus itu menambah keresahan pada pasar setelah Moody's Investors Service menurunkan peringkat kredit Hong Kong menjadi Aa3 dari Aa2 karena kekacauan politik dalam negeri yang tak juga tampak berujung.
Para analis pasar pun ramai-ramai menyuarakan pandangan mereka atas tekanan yang dialami pasar tepat menjelang liburan Tahun Baru Imlek.
Jackson Wong, direktur manajemen aset di Amber Hill Capital Ltd. berpendapat investor akan menguangkan aset mereka sebelum liburan karena banyaknya kabar negatif.
Rupiah Ditutup Melemah
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 30 poin atau 0,22 persen di level Rp13.669 per dolar AS, setelah mampu terapresiasi 6 poin dan berakhir di posisi 13.639 pada Senin (20/1).
Sementara itu, rata-rata kurs mata uang Asia melemah terhadap dolar AS, dipimpin yuan China.
“Aksi jual dalam mata uang Asia dipicu oleh pergerakan yuan offshore, yang pada gilirannya bisa disebabkan oleh kekhawatiran atas wabah virus corona,” ujar Khoon Goh, kepala riset Asia di Australia & New Zealand Banking Group, Singapura.
“Kekhawatiran lebih besar sebenarnya apabila [virus] mulai menyebar ke negara-negara lain di Asia. Jika cukup serius untuk memengaruhi pariwisata, maka mata uang lain di kawasan ini akan lebih rentan,” jelas Goh, dikutip dari Bloomberg.
Kebakaran Hutan Australia Ancam Produksi Batu Bara
Kebakaran hutan hebat di Australia telah mengancam produksi beberapa tambang batu bara pembangkit listrik milik perusahaan batu bara terbesar dunia, BHP Group, di New South Wales.
Mengutip Bloomberg, dalam keterangan resminya BHP Group menjelaskan bahwa volume produksi batu bara di tambang New South Wales dalam beberapa bulan terpengaruh akibat asap dan penurunan kualitas udara dari kebakaran hutan sehingga mengganggu produksi.
“Jika kualitas udara terus memburuk maka operasi dapat dibatasi lebih lanjut dalam enam bulan hingga Juni mendatang,” jelas BHP Group
Pergerakan Harga Emas
Harga emas Comex untuk kontrak Februari 2020 turun 5,20 poin atau 0,33 persen ke level US$1.555,10 per troy ounce pukul 15.52 WIB.
Seiring dengan terkoreksinya harga emas, indeks dolar AS, yang melacak kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, naik tipis 0,01 persen ke posisi 97,611.
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta naik Rp2.000 menjadi level Rp771.000 per gram. Harga pembelian kembali atau buyback emas juga bertambah Rp2.000 menjadi Rp684.000 per gram.