Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Terkoreksi, Kurs Rupiah Bangkit dan Menguat

Nilai tukar rupiah mampu rebound dari pelemahannya dan terapresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini, Kamis (16/1/2020).
Karyawan menata uang untuk pengisian ATM, di Cash Center PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Jakarta, Kamis (20/12/2018)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menata uang untuk pengisian ATM, di Cash Center PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Jakarta, Kamis (20/12/2018)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah mampu rebound dari pelemahannya dan terapresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini, Kamis (16/1/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka di level Rp13.678 per dolar AS dengan apresiasi 17 poin atau 0,12 persen.

Kemudian pergerakan rupiah  pada pukul 08.17 WIB menyentuh level Rp13.670 per dolar AS dengan penguatan 25 poin atau 0,18 persen dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada Rabu (15/1/2020), pergerakan nilai tukar rupiah berakhir di level Rp13.695 per dolar AS dengan pelemahan 15 poin atau 0,11 persen, depresiasi hari kedua berturut-turut.

Pelemahan nilai tukar rupiah dinilai dipengaruhi sikap pasar yang cenderung berhati-hati menjelang penandatanganan kesepakatan dagang fase satu AS-China dan rilis data neraca perdagangan dalam negeri yang kembali defisit.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa rupiah ditutup melemah meskipun pemerintah AS dan China akan menandatangani kesepakatan dagang tahap pertama di Washington pada Rabu, 15 Januari.

“Pedagang tetap berhati-hati menjelang penandatanganan kesepakatan perdagangan fase satu hari ini [Rabu waktu Washington], karena Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan tarif barang-barang China akan diberlakukan sampai selesainya perjanjian fase dua,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu (15/1).

Defisit Neraca Perdagangan

Selain itu, pelemahan rupiah juga disebabkan rilis data neraca perdagangan Indonesia yang kembali defisit.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor pada Desember sebesar US$14,47 miliar, naik 1,28 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, nilai impor pada Desember 2019 tercatat US$14,5 miliar, turun 5,62 persen year-on-year.

Dengan demikian, neraca perdagangan Desember defisit sebesar US$0,03 miliar, sedangkan sepanjang 2019 mengalami defisit US$3,20 miliar.

Meskipun kembali defisit, lanjut Ibrahim, neraca perdagangan periode Desember 2019 lebih baik dibandingkan dengan Desember tahun lalu juga lebih baik dari ekspektasi para analis.

Ibrahim memprediksi pada perdagangan Kamis (16/1/2020) rupiah masih akan melemah di kisaran Rp13.655 per dolar AS hingga Rp13.750 per dolar AS.

Seiring dengan pergerakan nilai tukar rupiah pada Kamis (16/1) pagi, mata uang lainnya di Asia mayoritas juga menguat, dipimpin ringgit Malaysia yang terapresiasi 0,24 persen terhadap dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, terpantau terkoreksi 0,03 persen atau 0,030 poin ke level 97,199 pukul 08.08 WIB.

Indeks dolar melanjutkan pelemahannya setelah berakhir turun 0,15 persen atau 0,143 poin di level 97,229 pada perdagangan Rabu (15/1).

Menurut tim riset Samuel Sekuritas Indonesia, pelemahan dolar AS akan menjadi katalis positif bagi rupiah.

Sementara itu, kesepakatan perdagangan yang telah ditanda tangani antara AS-China pada Rabu (15/1/2020) di Washington dapat mendorong penguatan nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini.

“Kesepakatan perdagangan tersebut mencegah kenaikan tarif lebih lanjut dalam waktu dekat,” tulis Samuel Sekuritas melalui publikasi riset hariannya.

“Dari dalam negeri, menyempitnya defisit neraca perdagangan Desember menjadi katalis positif lain bagi rupiah. Rupiah kemungkinan menguat ke level Rp 13.600 – Rp 13.650 per dolar AS,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper