Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Tak Lagi Manipulator Mata Uang, Indeks Dolar AS Naik

Indeks dolar Amerika Serikat (AS) mampu bergerak di zona hijau pada perdagangan pagi ini, Selasa (14/1/2020), setelah pemerintah AS mencabut label manipulator mata uang dari China.
 Petugas menghitung pecahan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing, di Jakarta./JIBI-Abdullah Azzam
Petugas menghitung pecahan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing, di Jakarta./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks dolar Amerika Serikat (AS) mampu bergerak di zona hijau pada perdagangan pagi ini, Selasa (14/1/2020), setelah pemerintah AS mencabut label manipulator mata uang dari China.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia, menanjak 0,040 poin atau 0,04 persen ke level 97,385 pada pukul 09.19 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Senin (13/1/2020), pergerakan indeks ditutup di level 97,345 dengan koreksi hanya 0,01 persen atau 0,011 poin.

Indeks mulai beringsut ke zona hijau pada Selasa (14/1) dengan dibuka naik 0,02 persen atau 0,016 poin di posisi 97,361. Sepanjang perdagangan pagi ini, indeks dolar bergerak di level 97,348 – 97,413.

Pada Senin (13/1), pemerintah Amerika Serikat mencabut label manipulator mata uang bagi China. Negeri Tirai Bambu disebut telah membuat "komitmen yang dapat ditegakkan" untuk tidak mendevaluasi yuan dan telah sepakat untuk mempublikasikan informasi nilai tukar.

Perubahan sikap AS ini diuraikan dalam laporan pertukaran valuta asing oleh Departemen Keuangan AS ke Kongres, yang dirilis dua hari sebelum AS dan China akan menandatangani perjanjian perdagangan fase pertama di Washington pada Rabu, 15 Januari.

"China telah membuat komitmen yang dapat ditegakkan untuk menahan diri dari devaluasi kompetitif, sembari memajukan transparansi dan akuntabilitas," ujar Menteri Keuangan Steven Mnuchin dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Bloomberg.

Kedua negara diketahui telah bernegosiasi sejak label manipulator disematkan kepada China pada 5 Agustus 2019, sebagai tanggapan atas "langkah konkret Beijing untuk mendevaluasi mata uangnya".

“Keputusan Washington untuk mencabut label manipulator mata uang untuk China telah menambah sentimen positif yang telah terjadi sebelum penandatanganan perjanjian perdagangan,” terang Minori Uchida, kepala ahli strategi mata uang di MUFG Bank.

“[Namun] kita dapat melihat penurunan [dolar AS] jika kesepakatan perdagangan yang akan datang tidak melampaui apa yang telah dilaporkan,” tambah Uchida, dikutip Reuters.

Pemerintah AS dan China dijadwalkan akan menandatangani kesepakatan perdagangan fase pertama AS-China di Gedung Putih pada Rabu (15/1/2020) waktu setempat, meskipun pembicaraan mengenai fase kedua kemungkinan akan molor hingga berbulan-bulan.

Kesepakatan fase pertama itu setidaknya akan mengakhiri sengketa perdagangan selama 18 bulan antara kedua negara serta mendorong harapan investor atas kebangkitan pertumbuhan global.

Penandatanganan kesepakatan itu sekaligus memberi dukungan untuk mata uang Asia yang terekspos pada perdagangan kedua negara seperti yuan China.

Nilai tukar yuan onshore China terhadap dolar AS terpantau menguat 0,21 persen ke level 6,8793 pada Selasa (14/1) pukul 09.30 WIB, penguatan hari keempat berturut-turut sejak 9 Januari.

Posisi indeks dolar AS
TanggalPosisi

14/1/2020

(Pk. 09.19 WIB)

97,385

(+0,04 persen)

13/1/2020

 

97,345

(-0,01 persen)

10/1/2020

 

97,356

(-0,10 persen)

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper