Bisnis.com, JAKARTA - Rencana Kementerian BUMN untuk membentuk klaster industri manufaktur dinilai dapat mendukung perusahaan yang terlibat untuk lebih sehat.
Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Piter Abdullah menyambut baik rencana pembentukan klaster tersebut. Dia mengatakan sinergi yang diharapkan terjadi dengan pembentukan klaster akan banyak membantu perbaikan efisiensi, yang selama ini menjadi kelemahan utama BUMN, sekaligus juga bisa mengoptimalkan pengembangan bisnis dengan memanfaatkan jaringan yang dimiliki masing-masing BUMN.
"Dengan perbaikan efisiensi sekaligus juga optimalisasi potensi dalam pengembangan bisnis, maka diyakini perusahaan bumn yang terlibat akan lebih menguntungkan dan sehat," ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Selasa (7/1/2020).
Namun, Piter menambahkan harus juga diingat bahwa sinergi untuk efisiensi dan pengembangan bisnis tersebut tidak bisa terwujud hanya dengan pembentukan kluster. Sumber daya manusia juga harus diperkuat dan didukung oleh perbaikan tata kelola, serta permodalan yang cukup.
Selain itu, dia juga menilai penamaan klusternya kurang pas karena industri manufaktur terlalu luas, sementara cakupan dari kluster yang direncanakan oleh Kementerian BUMN lebih sempit, yaitu industri perkapalan atau galangan kapal sesuai bidang usaha dari enam perusahaan yang dilibatkan.
Dari tujuan pembentukan juga bukan untuk membangun industri manufaktur secara keseluruhan, tetapi untuk mengembangkan bisnis dan meningkatkan efisiensi, sekaligus menyehatkan keenam perusahaan yang terlibat.
Baca Juga
"Alasan lain saya berpendapat penamaan kluster industri manufaktur terlalu luas karena inisiatif ini hanya dari Kementerian BUMN, belum dikoordinasikan dengan Kementerian Perindustrian untuk bagaimana menempatkan kebijakan ini dalam road map kebijakan industri manufaktur secara keseluruhan yang ada di Kemenperin," jelasnya.
Adapun, Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) Fajar Harry Sampurno di Kementerian BUMN, Selasa (7/1/2020) menyebutkan Menteri BUMN Erick Thohir menugaskan enam perusahaan pelat merah untuk membentuk klaster industri manufaktur yang ditargetkan rampung tahun ini.
Keenam BUMN tersebut yaitu Barata Indonesia, PT Boma Bisma Indra (Persero), PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero), PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero), PT Inka (Persero), dan PT Industri Kapal Indonesia (Persero). Barata Indonesia ditunjuk sebagai koordinator.
Keenam perusahaan ini bakal memproduksi bermacam-macam produk seperti kapal, turbin, alat berat, dan lainnya. Pembentukan klaster industri manufaktur ini juga bertujuan untuk penyehatan dan konsolidasi.
"Ini terkait dengan pengembangan skala bisnis, efisiensi, pengembangan SDM, dan chains of technology bisa lebih cepat," katanya.